“If you feel lost, disappointed, hesitant, or weak, return to yourself, to who you are, here and now and when you get there, you will discover yourself, like a lotus flower in full bloom, even in a muddy pond, beautiful and strong.”
Masaru Emoto, Secret Life of Water

Minggu, 12 Desember 2010

Perbandingan Watak Bangsa Indonesia dengan Bangsa Jepang

Sebelumnya, ingin menulis sesuatu dari tugas yang baru aku tulis. Mohon bantuan untuk kritik, mungkin ada beberapa pendapat aku yang salah atau kurang tepat. Mohon bantuannya :)

***

Karakter atau watak menurut KBBI adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku; budi pekerti; tabiat: dasar. Watak bangsa Indonesia yang biasa muncul di masyarakat adalah kurangnya rasa menghargai kepada perbedaan pendapat. Di Indonesia, orang akan terus untuk mempertahankan argumen yang dia anggap benar walaupun itu salah. Hal ini bisa menimbulkan perkelahian bahkan sampai saling bunuh. Di Jepang, orang-orang menghargai setiap pendapat dan mau menerima kritik yang diberikan orang lain tentang pendapatnya tersebut. Bangsa Jepang berpikiran terbuka demi kemajuan dirinya juga.
Watak bangsa Jepang lainnya adalah disiplin. Baik itu disiplin waktu ataupun disiplin dalam berbagai hal. Di Jepang, orang yang mengejar kendaraan umum, bukan kendaraan umum yang mengejar orang. Keadaan sebaliknya terjadi di Indonesia, dimana kendaraan yang mengejar orang. Di Jepang, orang berpikiran kalau jika saya tidak tepat waktu, maka saya tidak akan mendapatkan kendaraan umum untuk sampai ke tempat kerja atau sekolah, karena kendaraan umum di sana sudah mempnyai jadwalnya tersendiri. Sedangkan di Indonesia, orang-orang berpikir kalau kendaraan umum banyak dan mereka bisa santai karena jika terlewat satu kendaraan umum, maka mereka akan menemukan kendaraan umum lainnya. Selain itu, kendaraan umum di Indonesia terbiasa untuk diam di suatu tempat untuk mendapatkan penumpang. Hal ini bisa membuat kemacetan di jalan yang kendaraan tersebut diami sehingga akan menghabiskan waktu yang lebih lama untuk mencapai tempat tujuan. Faktor lain adalah pajak kendaraan di Jepang lebih mahal daripada di Indonesia, sehingga hanya orang-orang kaya saja yang memiliki kendaraan. Sedangkan di Indonesia, pajak kendaraan bisa terbilang murah. Hal ini menyebabkan semakin banyak orang yang membeli kendaraan baik itu untuk dipakai pribadi atau pun dijadikan kendaraan umum sehingga meningkatkan volume kendaraan di jalan raya.
            Perbandingan watak yang kami temukan lainnya adalah pada bangsa Jepang, mereka berpikir ntuk tidak merepotkan orang lain sama sekali. Sehingga, mereka akan melakukan hal yang terbaik sebisa mereka sampai titik darah penghabisan karena prinsip tidak mau menyusahkan orang lain. Hal ini membuat sifat individualisme yang sangat tinggi. Hal sebaliknya terjadi di Indonesia. Orang akan bergotong royong dalam melakukan sesuatu hal. Bangsa Indonesia tidak sungkan untuk meminta pertolongan untk melakukan sesuatu yang membat sifat kolektivisme yang sangat tinggi.
            Watak bangsa Jepang lain yang coba kami bandingkan adalah kesadaran diri yang tinggi. Maksud dari kesadaran diri yang tinggi adalah menanamkan nilai yang berlaku di daerah tinggalnya ke dalam dirinya. Misalnya saja, di Jepang, orang-orang akan membuang sampah pada tempatnya karena aturan yang awalnya memaksa menjadi terbiasa. Hal ini menyebabkan kehidupan warga di Jepang menjadi sangat teratur dan rasa saling percaya antar individu sangat tinggi. Di Indonesia, orang-orangnya masih belum memiliki kesadaran diri yang tinggi karena aturan yang kurang tegas. Misalnya buang sampah. Orang-orang akan seenaknya membuang sampah sembarangan jika tidak dilihat atau paling parahnya lagi ada tempat sampah di dekatnya, sedangkan dia membuang sampah sembarangan. Mungkin di Jepang juga terjadi hal yang sama, tetapi persentasenya sangat kecil dibangdingkan dengan Indonesia. Dikarenakan peraturan yang tidak tegas, membuat kehidupan di Indonesia secara umum tidak teratur, walaupun ada yang mencoba untuk teratur, tetapi jumlahnya masih lebih banyak yang kurang menaati.
            Kami juga mencoba membandingkan watak masing-masing bangsa dalam masalah lalu lintas. Di Jepang, orang-orang akan tetap menaati peraturan lalu lintas walaupun tidak ada petugas lalu lintas yang berjaga di sekelilingnya. Jarang terjadi pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Sedangkan di Indonesia, banyak sekali kendaraan yang melanggar atran lalu lintas dengan dalih tidak ada petgas yang menjaga atau pun hal tersebut tidak akan mencelakakan dirinya dan orang lain pada saat itu. Hal ini bisa terjadi karena perbedaan ketegasan aturan yang berlaku, sama seperti yang sudah dijelaskan di atas.
            Watak bangsa Jepang dan Indonesia yang coba kami bandingkan lagi adalah dalam masalah pekerjaan. Orang-orang Jepang rajin, gigih, terampil, dan tidak menyia-nyiakan waktu dan peluang dalam melakukan sesuatu serta selalu berusaha mencapai keberhasilan pada hakikatnya ditempa dan dibentuk oleh sempitnya tanah dan adanya empat musim. Mereka akan melakukan yang terbaik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Jika gagal, mereka akan terus berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik untuk diri mereka. Di Indonesia, hanya sedikit orang yang memiliki sifat-sifat tersebut. Hal yang biasanya muncul pada orang-orang Indonesia adalah malas, tidak mau berusaha lebih keras, dan bahkan mengulr-ngulur waktu. Terkadang, hasilnya pun tidak maksimal karena suatu hal dilakukan secara mendadak dan tanpa perencanaan. Dikarenakan adanya empat musim di Jepang, membuat masyarakatnya menjadi kreatif dan mampu membuat barang yang berkualitas tinggi untuk dipasarkan ke seluruh dunia. Hal ini bisa menjadi modal mereka untuk menghadapi persaingan global.
            Kecerdasan spiritual juga membedakan antara bangsa Indonesia dengan bangsa Jepang. Beberapa kecerdasan spiritual yang dapat kita temukan pada bangsa Jepang adalah jujur, semangat untuk menciptakan sesuatu, yakin bahwa dirinya berguna, empati dan kerja sama, rendah hati, asas manfaat (dimana setiap barang yang diciptakan harus ada manfaatnya), berterima kasih, disiplin, suka memberi, mau mendengar, dan teliti.
            Mungkin akan sulit untuk bangsa Indonesia menandingi bangsa Jepang karena kendala kecerdasan emosional atau kesetiakawanan sosial di negaranya. Walaupun sumber daya alam kita melimpah ruah dibandingkan bangsa Jepang, tapi akan sulit menandingi Jepang karena masih banyaknyanya konflik antar etnis dan antar warga negara bahkan antar agama.

1 komentar:

  1. Heyya Rangga! Ngikut nyontek buat masukan tugas antrop ya. hihihi.

    Sekalian numpang comment.
    I wouldn't say what you've written is wrong. Mungkin pengen nambahin satu lagi karakter bangsa Indonesia, berdasarkan observasi yang belum tentu reliable : pesimis. Contohnya...di semua kelompok yang aku ajak ngobrol tentang tugas perumusan karakter bangsa ini, kebanyakan bilang bahwa bangsa Indonesia agak ketinggalan dibandingkan budaya lain (terutama Jepang, berhubung BANYAK banget kelompok yang ngambil contoh Jepang). Kayaknya kita kurang bisa melihat karakter positif yang ada pada bangsa kita. Padahal pasti ada kan ya, masak sih dari 200 juta orang, sebagian besar jelek sifatnya. Mungkin juga gara-gara kita sering denger stigma (yang ironisnya ditempelkan oleh bangsa kita sendiri) negatif tentang Indonesia, kayak "orang Indonesia belum afdol kalau belum ngaret" atau semacamnya, jadi cara berpikir kita juga dipengaruhi stigma tersebut? It's hard to think beyond the stereotype? Entahlah. Topik yang menggelitik untuk diteliti. hehehehe.

    Saran aja, mungkin bisa dilihat latar belakang budaya yang menyebabkan perbedaan karakter antarbangsa. Misalnya di Jepang jarang ada konflik antaragama atau antarsuku, karena di sana relatif homogen masyarakatnya, beda sama Indonesia. So, aku sih kurang setuju kalau konflik di Indonesia itu melulu disebabkan kesetiakawanan sosial yang kurang ,atau pola pikir orang Indonesia yang immature, atau semacam itu.

    Maaf ya kepanjangan. Anyways makasih lho contekannya hehehehehe.

    BalasHapus

What do you think??