“If you feel lost, disappointed, hesitant, or weak, return to yourself, to who you are, here and now and when you get there, you will discover yourself, like a lotus flower in full bloom, even in a muddy pond, beautiful and strong.”
Masaru Emoto, Secret Life of Water

Jumat, 24 Desember 2010

Movie Review: "Narnia: The Voyage of The Dawn Treader" & "The Next Three Days"

Seminggu ini kalian pasti tahu kalau aku menetap di Jatinangor. Niatnya mau belajar, karena kalau di rumah, hasrat untuk belajar hilang yang ada pasti main PS. Pada kenyataannya, hidup memang sulit. Lima hari telah dihabiskan di daerah tercinta ini, dan lima hari pula aku menyia-nyiakannya. Dan akhirnya, aku memutuskan untuk pergi ke salah satu bioskop yang paling tersoroh seantero Jatinangor. Yup, it's Jatos. The one and only -,-. Awalnya, aku mau nonton Rapunzel di Ciwalk. Namun, takdir membawaku ke tempat lain karena Rapunzel sudah tidak tayang di 21 ataupun XXI. Setelah kecewa, akhirnya aku menyusun strategi untuk (pertama kalinya) marathon di Jatos. Dan akhirnya terpilih lah film Narnia: The Voyage of The Dawn Treader dan The Next Three Days. Berikut munkin bisa dijadikan referensi menonton selama kalian minggu tenang.

**
#1: Narnia: The Voyage of The Dawn Treader

Mungkin terdengar agak lebay, tapi begitu lah keadaannya. Aku sama sekali tidak tertarik untuk nonton Narnia awalnya karena saat baca ketujuh novelnya, aku sangat bingung. Mungkin tingkat konsentrasi aku sedang kurang saat itu. Sehingga banyak part yang bisa dibilang miss dan membuat banyak tanda tanya setelah aku membacanya.

Bercerita tentang Edmund dan Lucy yang tinggal di rumah saudaranya. Ketika itu pula, seorang anak bernama Eustace (ceritanya anak yang punya rmah) yang sanagt menyebalkan sangat... Ya, begitu lah. Annoying kalau bisa dibilang. Dia tidak percaya akan satu hal pun tentang Narnia dan saat bersamaan, mereka bertiga (Edmund, Lucy, dan Eustace) memasuki negeri Narnia.Eustace yang tidak percaya dengan semua hal berbau fiksi awalnya sangat kaget ketika melihat seekor tikus berbicara dan (kayanya sih) Minotaur exist. Ya, pada intinya, mulai lah keluar keegoisan Estace dan bla bla bla. Sampai pada akhirnya, mereka beserta Prince Caspian ditugaskan untuk membetulkan keadaan di negeri Narnia dengan cara menyimpan tujuh pedang suci (sebenernya bukan itu sih nama pedangnya) di meja Aslan, penguasa negeri Narnia.

Ya, film ini dimulai dengan sangat cepat. Mungkin bagi yang membaca novelnya akan merasa kalau kalian sudah berjalan berbab-bab padahal itu baru beberapa menit pertama. Eustace kurang dideskripsikan annoying pada awal film. Hanya terkesan kalau Eustace hanya anak yang bandel dan tring, scene beralih ke negeri Narnia. Datarnya konflik yang terjadi membuat aku sendiri ngantuk (berhubung nonton sendiri, harap maklum). Dan film baru terasa menarik di beberapa menit menjelang ending dan begitu lah film ini berakhir. Akting pemain yang biasa aja menurut aku membuat film ini semakin datar. Ketampanan Caspian (yang awalnya orang-orang bahas sehingga aku termakan godaan untuk menonton film ini) hanya menjadi pemanis saja. Mungkin kalau durasi film ini sepanjang Nartnia: Prince Caspian, mungkin aku akan mati kebosanan di dalam bioskop. Namun, hal terpenting adalah, Prin Caspian lebih ganteng daripada film sebelumnya (pandangan sebjektif).

Bagaimana pun juga, film ini masih aku kasih sertifikat layak untuk ditonton saat minggu tenang seperti ini.

**


#2: The Next Three Days
Mungkin film ini di luar dari ekspektasi aku. Aku tidak tahu genre film ini apa, ceritanya apa, siapa yang main, itu awalanya. Hanya saja aku memilih karena tidak adanya lagi film berkualitas di Jatos (satu tentang pocong, satu tentang kabayan, dan satu tentang islam yang okay, cukup film percintaan islam cuma KCB dan AAC saja yang mantap).

Film bercerita saat tiga tahun yang lalu, ketika Russell Crowe (jangan harap aku ingat nama karakter yang dia mainkan) memiliki keluarga yang sempurna. Istri yang sempurna dan seorang anak yang melengkapinya. Namun, semua berubah setelah istrinya ditangkap dan dipenjara selama 20 tahun atas tuduhan membunuh. Russell Crowe, selama tiga tahun, mencari cara bagaimana caranya mengeluarkan istrinya tersebut dari penjara karena dia tahu istrinya tidak bersalah. Bagaimana kah cara dia mengeluarkan istrinya dari penjara?? Itu lah pertanyaan inti dari film ini.

Film ini tidak memiliki sesuatu yang istimewa. Namun, bagi aku, film ini memberi kesan lebih dibandingkan film Narnia. Konflik-konflik terjadi sangat hip banget yang membuat adrenalin kita terpacu dan rasa penasaran kita menghantui kita selama film ini berlangsung. Ini bisa terlihat di saat saya menonton film ini, dengan kondisi studio yang kosong, dan ada dua anak SMP menonton sambil menjerit-jerit (terserah kalian mau mendefinisikannya apa yang mereka lakukan sampai mereka menjerit, kalau aku pikir sih mereka sangat deg-degan menonton film ini). Alhasil, ending yang tidak terduga membuat film ini berkesan mendalam bagi aku.

Oke, film ini bisa dijadikan referensi untuk menemani kalian selama minggu tenang ini. Berhubung penerbitnya adalah Lionsgate, jadi sepertinya DVD bajakannya sudah bagus. Tapi, aku tidak menyarankan untuk membeli produk bajakan loh ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What do you think??