“If you feel lost, disappointed, hesitant, or weak, return to yourself, to who you are, here and now and when you get there, you will discover yourself, like a lotus flower in full bloom, even in a muddy pond, beautiful and strong.”
Masaru Emoto, Secret Life of Water

Senin, 28 Juli 2014

Stranger and Freak-Show

Berdasarkan KBBI online (http://kbbi.web.id) Afeksi adalah (afek·si /aféksi/) n Psi 1 rasa kasih sayang; 2 perasaan dan emosi yg lunak
taken from thinksquad.tumblr.com

**

Lama hilang dari dunia per-blog-an dan kembali dengan tulisan afeksi. Ya, aku sedang butuh afeksi. Kalimat ini tidak diikuti atau diawali dengan kata mungkin. Sehingga kebutuhan afeksi ini menjadi harus didapatkan. Kenapa?

Beberapa hari terakhir, masih dengan masalah dan pertanyaan yang sering berputar di kepala, tiap hari, tiap jam, tiap detik, "Kapan lulus?". It such a meaningless question while I really wanted to graduate but no one, or nothing, could help me, but my fucking supervisor. I blame him for the half (or maybe seven eight) of it, let me talk the other half. Padahal sebenarnya lulus itu bukan perkara yang sulit. Aku merasa aku bisa menyelesaikannya sesuai dengan yang aku targetkan. But, the nature speaks by itself that I don't have enough power to control my future. I was (and am) too weak. Hal ini membuat aku gila. I almost cut myself, it's a true story. But, I refuse. I thought it's a stupid action and I'm not as fragile as some random teenagers anymore. Ketika hal itu akan terjadi, aku berpikir, kenapa aku seperti ini? Memangnya cut myself adalah jalan satu-satunya? Kenapa gak cerita ke orang lain kalau kamu punya masalah, Rang.....

Cerita ke orang

Then, it hit me. Aku belum pernah melakukan hal itu. Yes, I did, but not in this case, regularly. Beberapa kali, atau mungkin sering, aku cerita tentang masalahku ini, tapi hanya satu arah. Ya, satu arah. Aku banyak mengeluarkan sampai, yang aku pikir, kalau lawan bicara aku pun takut atau kebingungan harus membagaimanakan aku. Aku sadar kalau selama ini aku hanya bercerita dengan rasa kesal, seakan-akan udah gak punya kepercayaan diri lagi, dan merasa sudah menghabiskan 1,5 tahun secara sia-sia. Bukankah hal tersebut layak untuk disesali?