“If you feel lost, disappointed, hesitant, or weak, return to yourself, to who you are, here and now and when you get there, you will discover yourself, like a lotus flower in full bloom, even in a muddy pond, beautiful and strong.”
Masaru Emoto, Secret Life of Water

Senin, 27 Desember 2010

Movie Review: Buried

Tepat hari ini, Senin, 27 Desember 2010, aku menghabiskan sisa minggu tenangku yang tidak dimanfaatkan dengan sangat baik untuk nonton di Ciwalk. Betapa indahnya bukan hidup aku?? Atau aku yang bodoh? Marathon kali ini sudah aku rencanakan dengan matang-matang dimana jam 12.00 aku menonton Buried dan 14.20 aku menonton Tron Legacy 3D. Mungkin sekarang aku mau bahas sedikit tentang Buried.

**



Mungkin kalau dilihat dari covernya, film ini akan berbau seperti pembunuhan masal atau setan gentayangan seperti halnya film indonesia. Tapi, jangan salah kira, film ini tidak berkaitan sama sekali tentang hal tersebut. Oke, sekali lagi aku termakan oleh rayuan pemeran utama dari film ini (lagi??). Yup, dalam film ini yang bermain hanya Ryan Reynolds sebagai Paul Conroy. Dengan estimasi 90 menit, kamu akan melihat wajah Ryan (saja) sepanjang film.

Film bermula ketika Paul tersadar dari tidurnya, dengan mulut dibekap, tangan ditali, dan dia berada di sebuah peti, ya peti mati. Barang yang ada di sekitarnya hanya sebuah korek api, handphone, dan oksigen. Ternyata, dia dikubur oleh orang Iraq yang menginginkan uang, bukan teroris. Saya tegaskan, BUKAN TERORIS. Cerita berlanjut dimana dia menghubungi semua orang yang dia kenal dan bisa membantu dia, termasuk istrinya. Seperti biasa, kehidupan keluarga si pemeran utama diambang kehancuran. Oh iya, ceritanya si Paul ini terkubur di daratan Iraq. Yang bisa dipikirkan oleh dia adalah, bagaimana caranya untuk keluar dari peti yang terkubur di sebuah padang pasir tersebut.

Oke, Awalnya (lagi) aku tertarik menonton film ini (selain dari faktor aktor) adalah nilai yang didapatkan di situs IMDb terbilang cukup bagus, sekitar 7,6 (update 27 Desember 2010 pukul 17.27). makanya aku tertarik untuk menonton film ini. Walaupun, ada teman yang mengatakan kalau film ini tidak menarik sama sekali. Ya, seperti yang biasa dikatakan adalah, film itu selera. Setiap orang boleh menilai dan menghakimi sebuah film. Namun, penilaian kembali ke diri sendiri. Melihat bagaimana konflik dibangun dan ekspresi satu-satunya pemain dalam film ini, aku menilai cukup layak ditonton. Ryan menggambarkan seorang Paul yang mengalami anxiety dan harus meminum obat penenang di saat-saat tertentu cukup mengesankan. Walaupun tidak ada aktor yang sempurna, termasuk Ryan Reynolds.

Pada akhirnya, saya menyarankan untuk menonton film dengan akhir yang tragis ini. Mending nonton sendiri deh buat ngeliat, apa sih ending yang tragis itu :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What do you think??