“If you feel lost, disappointed, hesitant, or weak, return to yourself, to who you are, here and now and when you get there, you will discover yourself, like a lotus flower in full bloom, even in a muddy pond, beautiful and strong.”
Masaru Emoto, Secret Life of Water

Minggu, 23 November 2014

Beberapa Bulan Kemudian

Halo.

Akhirnya aku kembali setelah beberapa bulan tidak mem-publish sesuatu. I've been busy with my life (finally!).

Beberapa bulan terakhir tidak banyak yang terjadi, bahkan semuanya terjadi dengan sangat cepat. Tahu-tahu sudah hampir akhir tahun saja. Yang jelas, aku masih berkutat dengan skripsi, yang pada akhirnya aku merasa kalau aku salah pilih bahasan. Salah pilih mayoring bahasan, dan teori. Rasanya cape dan entah bagaimana mendeskripsikannya, namun rasanya tidak se-membara 3 semester awal. Dosen pembimbing baruku tidak bermasalah seperti dosen pembimbingku terdahulu. Dia super baik dan suportif, dan yang jelas selalu ngabarin kapan bisa untuk bimbingan. Jadi, aku tidak perlu lagi menunggu dari pagi hingga sore di gedung 3 hanya untuk menanyakan kapan bimbingan. Ya, semoga saja bulan depan bisa beres ya, biar ga usah bayaran lagi.

Beberapa bulan terakhir, aku mulai menyadari kalau sebenarnya aku tidak menyukai menulis, terutama untuk tulisan terstruktur. Selama ini, aku memaksakan diri untuk menulis, dengan kedok sebagai bahan katasis. Namun, sebenarnya bukan seperti itu hal yang sesuai untuk aku meluapkan emosi. Hal ini menjadi semakin jelas ketika aku berniat untuk meneruskan cerita Prima di blog sebelah dan membaca tulisanku sebelumnya. Entah bagaimana aku merasa kalau aku menghancurkan seluruh karakter Prima di tulisan-tulisanku sebelumnya. Jadi, untuk saat ini aku akan membiarkan Prima seperti itu, ditambah dengan teman-teman yang masih sibuk dengan kegiatannya. Mungkin suatu saat Prima akan aku bentuk lagi dari awal, ketika semua sedikit demi sedikit mulai berkurang.

Ya, mungkin  hanya itu yang bisa aku ceritakan mengenai beberapa bulan terakhirku. Have a nice day!

Selasa, 05 Agustus 2014

Online Shopping

Sebagai anak yang bisa dibilang melek sama teknologi (eciyeeeee) aku adalah satu yang ga suka banget sama yang namanya online shopping. Aku pikir, online shopping itu chancenya 50:50. 50% asli, 50% penipuan. Jadi, aku pun selalu enggan membeli secara online, apalagi harus masukin nomor kartu kredit yang ada di dompet (yang ga boleh dipake untuk apapun, jadi buat apa ngasih kartu kredit?). Aku lebih prefer buat jalan ke mall, muter-muter sampe kaki pegel, tapi barangnya udah ada nyata di tangan.

Namun, manusia itu dinamis, perilakunya. Beberapa minggu terakhir, aku lagi keranjingan buat belanja online, dan sialnya kebetulan semua honor gawean selama tiga bulan terakhir meluncur dengan mulus ke rekening yang selama ini gak pernah nembus angka jutaan, bahkan kadang isinya cuma 70ribu di akhir bulan.

Semua ini berawal dari beli sticker di LINE. Awalnya penasaran sih gimana caranya beli sticker di LINE. Pas iseng-iseng coba beli koin, ternyata harus masukin nomor kartu kredit. Tanpa ijin dari pemilik sumber dana kartu kredit, akupun mencoba untuk diam-diam beli koin yang seharga 80ribu kalau dirupiahkan. Berhasil. Kemudian secara impulsif aku langsung membeli 5 buah sticker random yang aku rasa macho dan lucu. Slogan manusia tidak pernah puas memang benar adanya. Akhirnya aku memebeli sekali lagi pake koin di LINE dengan harga yang sama. Berhasil. Gak ada protes apa-apa dari pemilik sumber dana. Tapi, semuanya salah. Beberapa waktu kemudian.

"Ini dipake buat apa 80ribu?"

"Errr, itu, buat biaya bulanan messenger" (jleb, bohong)

Gak ada respon, yang aku pikir oke lah.

Selanjutnya aku waktu itu melihat promosi jam, karena kebetulan jam yang dibeli di Thailand (dan dunia harus tau) udah rusak dan gak berbentuk, akhirnya aku deg-degan nyobain beli online. Aku klik linknya. Cari modelnya. Kemudian keluar jumlah tagihan dan nomor rekening. Dengan ragu aku pun buka online banking dan transfer sesuai dengan nominal yang tertera. Setelah transfer, tulisan 'sedang proses verifikasi' tidak berubah selama 2 hari berikutnya. Makin deg-degan. Apakah aku kena tipu? Duit gue???? Tapi ajaibnya barang tersebut sampai ke rumah dengan keadaan mulus tapi tulisan di webnya masih sama, sedang proses verifikasi.

Setelah keberhasilan membeli barang pertama secara online, akhirnya akupun memebli barang-barang kaya sepatu, baju, tas, celana, secara impulsif. Karena kemudahan akses online banking dari bank yang aku titipkan uang honor, membuat aku semakin impulsif untuk menghabiskan uang tersebut.

Semoga saja hal ini gak jadi keterusan ya. Aku mau tobat, udahan aja. Seseorang, tolong hentikan saya :'( 

Senin, 28 Juli 2014

Stranger and Freak-Show

Berdasarkan KBBI online (http://kbbi.web.id) Afeksi adalah (afek·si /aféksi/) n Psi 1 rasa kasih sayang; 2 perasaan dan emosi yg lunak
taken from thinksquad.tumblr.com

**

Lama hilang dari dunia per-blog-an dan kembali dengan tulisan afeksi. Ya, aku sedang butuh afeksi. Kalimat ini tidak diikuti atau diawali dengan kata mungkin. Sehingga kebutuhan afeksi ini menjadi harus didapatkan. Kenapa?

Beberapa hari terakhir, masih dengan masalah dan pertanyaan yang sering berputar di kepala, tiap hari, tiap jam, tiap detik, "Kapan lulus?". It such a meaningless question while I really wanted to graduate but no one, or nothing, could help me, but my fucking supervisor. I blame him for the half (or maybe seven eight) of it, let me talk the other half. Padahal sebenarnya lulus itu bukan perkara yang sulit. Aku merasa aku bisa menyelesaikannya sesuai dengan yang aku targetkan. But, the nature speaks by itself that I don't have enough power to control my future. I was (and am) too weak. Hal ini membuat aku gila. I almost cut myself, it's a true story. But, I refuse. I thought it's a stupid action and I'm not as fragile as some random teenagers anymore. Ketika hal itu akan terjadi, aku berpikir, kenapa aku seperti ini? Memangnya cut myself adalah jalan satu-satunya? Kenapa gak cerita ke orang lain kalau kamu punya masalah, Rang.....

Cerita ke orang

Then, it hit me. Aku belum pernah melakukan hal itu. Yes, I did, but not in this case, regularly. Beberapa kali, atau mungkin sering, aku cerita tentang masalahku ini, tapi hanya satu arah. Ya, satu arah. Aku banyak mengeluarkan sampai, yang aku pikir, kalau lawan bicara aku pun takut atau kebingungan harus membagaimanakan aku. Aku sadar kalau selama ini aku hanya bercerita dengan rasa kesal, seakan-akan udah gak punya kepercayaan diri lagi, dan merasa sudah menghabiskan 1,5 tahun secara sia-sia. Bukankah hal tersebut layak untuk disesali?

Minggu, 22 Juni 2014

Pemilu 2014: Prabowo vs Jokowi?

Rasanya, akhir-akhir ini sangat kencang pemberitaan mengenai pemilihan presiden tahun ini. Akhirnya, setelah 2 dekade Indonesia dipimpin oleh dinasti SBY, bukan dinasti warriors, kita akan punya presiden baru, yeay!!

Akhirnya, aku bisa memilih calon presiden di pemilu kali ini, setelah di pemilu sebelumnya, aku ga masuk daftar pilih pemilu padahal usia aku sudah 17 tahun waktu itu. Sayangnya, 17 tahun di waktu yang hampir bersamaan dengan pemilu presiden saat itu. Baik lah, seperti ketika mengerjakan pauli, yang lalu biar lah berlalu, sekarang kita menatap masa depan ya.

**

"Apa sih yang bikin beda dari pemilihan umum kali ini?"

Bagiku, gak ada bedanya sih. Aku masih hidup seperti sebelumnya. Masih belum lulus dari suatu fakultas di salah satu universitas ternama dikarenakan dosen pembimbing yang sibuknya sulit diungkapkan dengan kepala anak tingkatan S1 dan harga telur makin meroket. Mungkin aku satu dari sekian banyak orang yang gak terlalu mengikuti perkembangan politik. Aku buta akan politik, terutama politik yang berkaitan sama partai, anggota legislatif, dan lainnya yang berkaitan dengan negara. Namun, ternyata politik ga sebatas itu doang loh teman-teman. Hal ini diperkuat dengan status salah seorang teman yang tiba-tiba muncul di facebook, yang mengatakan kalau politik ga sebatas itu doang.

Hemm...

Kalau politik illuminati ada ga ya? Kayanya lebih seru.

Eh, politik sama konspirasi apa bedanya? Illuminati kan masuk konspirasi.

Tunggu, aku google-ing dulu ya.

Kamis, 17 April 2014

Living in This Complicated World

Dear, readers. Whether the readers exists or not.

Sepertinya sudah beberapa minggu (atau bulan) dari postingan terakhir. Sedang fokus di banyak hal yang berbau duniawi. Anyway, rasanya semakin sulit untuk hidup di dunia yang makin kompleks ini dan skandal yang semakin menyeruak. But, me-likey hahaha.

Kehidupan di awal 20an yang aku rasa semakin mengerikan. Makin rumit. Awal 20an itu saat dimana manusia harus memantapkan karir, mencari pasangan hidup, dan menyusun masa depan, dimana aku masih belum sampai ke fase-fase tersebut. Untuk orang kaya aku yang masih mencari pemenuhan kebutuhan biologis, rasanya sulit untuk mendapatkan tuntutan tersebut. Beberapa kali aku selalu berpikir untuk menyudahi semua, tapi aku kembali ingat ke tujuan awal aku: helping people. Dan masih belum berubah sejak tahun 2000an.

Beberapa waktu lalu, seorang teman nge-chat di LINE, tengah malam, tepatnya lewat tengah malam. Kebetulan aku bales, soalnya secara kebetulan juga aku lagi baca novel (yang ini cerita di bagian akhir aja ya).

Yup, jadi seorang teman ini, aku samarkan sebagai Kembang (karena Bunga terlalu mainstream). Jadi si Kembang ini ceritanya curhat kalau dia habis berantem sama emaknya, karena awalnya dia mau minta saran untuk pendidikan selanjutnya. Sebenernya aku saat itu agak bangun dan gak bangun. Mungkin (dari yang aku tangkep) inti masalahnya adalah dia ingin ikut kursus film gitu, semacam storylab. Nah, dia minta saran ke orang tuanya, eh orang tuanya malah marah, bilangnya, "kamu mau jadi apa sih? pindah-pindah mulu". Oke, mungkin itu bukan 100% yang dituliskan dia, tetapi aku rasa itu intinya. Kenapa ga konsisten? iya, kalau ga salah tangkep lagi, itu karena dia dulu bilang ingin kerja, terus ingin S2, ditawarin kerja ini ga mau, dan sebagainya.

Sulit emang kalau curhat sama Rangga. Kadang sadar, kadang engga.

Dia kemudian bilang, "Apa orang tua gak perlu tau prosesnya ya? Yang penting hasilnya?"

Jawabannya adalah tidak. Idealnya adalah orang tua harus ambil bagian juga dari proses tersebut. Ambil bagian di sini bukan berupa take over, tapi sebatas, support dan pemberi masukan. Itu sih yang aku pikir kan. Tapi, aku sendiri pun ga nyaman melakukan itu. Aku pernah berada di situasi itu, dimana orang tua inginnya ini itu, sampe sekarang sih. Tapi pada akhirnya, ya udah, aku jalanin aja. Aku gak mau jadi ini itunya orang tua, dengan pekerjaan yang pasti gajinya banyak. Kaya. Iya, tolak ukurnya adalah kekayaan, bukan kepuasan.

Dulu, setelah gagal jadi Dokter Anak, aku terpikir untuk jadi Psikolog Anak, pasti, yakin, mantap. Tapi, ketika aku cerita, dapet responnya, "Mau dapet apa jadi kaya gituan? Anaknya temen mamah, lulusan psikologi di perusahaan xxxxx udah banyak uang, punya mobil ini itu, blablabla".

Setelah dapet respon itu, I burried my dream alive (iya, ini kaya judul lagu). Tapi di pertengahan, mimpi aku itu muncul lagi, dan aku secara diam-diam mencoba mendekati bidang tersebut. Ya, aku orangnya lebih baik melakukan diam-diam daripada harus berhenti padahal sudah merencanakan. Aku mencoba-mencoba, dan aku pikir, aku salah. Aku gak cocok jadi psikolog anak. Banget. Dari situ aku hilang arah. Aku gak punya orang buat bertanya. Nanya ke temen, mereka juga bingung mau kerja dimana. Aku gak tau mau jadi apa. Aku bisa jadi apa saja di dunia ini, tapi apakah orang-orang bakal nerima aku yang jadi apa-saja? You can be anything, but God, definitely.

Dari situ, aku kembali menyusun mimpi aku. Aku ingin ke Korea, pikirku. Aku merancang, merancang, dan merancang. Entah apa yang membuat aku ingin pergi ke korea. Ingin sekolah di sana. Ingin sekolah broadcasting. Ingin memperbaiki Indonesia dengan ilmu yang aku bawa dari sana. Aku bangun sedikit demi sedikit, sampai mimpi itu hancur lagi. Kemudian aku melihat ada tawaran beasiswa untuk ke Korea, dan aku berpikir untuk mengambil jurusan psikologi lagi. Consumer Psychology and Advertising. Agak menjadi inspirasi dan secara kebetulan sama dengan skripsi aku. Aku teguhkan lagi hati ini, menata mimpi dari fondasi, dan saat akan menyusun puncaknya, mimpi itu hancur lagi. 3 tahun di sana. Umurku sekarang 21, satu bulan lagi 22. ditambah 3 tahun, jadi 25. Setelah itu aku mau kerja apa di Indonesia? Aku bukan psikolog? Aku menjadi bukan apa-apa, jika kembali ke sini. Aku kembali dihadapkan, kamu mau kerja apa untuk masa depan kamu?

25 tahun. Aku nikah kapan ya? Di saat temen-temen cowo aku yang lain, yang udah lulus, udah kerja, sedikit demi sedikit mereka menabung buat biaya menikah mereka, apa yang aku lakuin sekarang? Kamu kapan mau nabung buat nikah kamu? Kumpulan kalimat itu yang selalu menghantui aku. Kamu mau ngasih makan anak apa kalau kamu cuma kerja di bidang broadcast? Biaya hidup semakin mahal dari tahun ke tahun, you can't bet on it. 

Realnya adalah, saat ini aku harus mencari kerja, mau aku suka atau engga. Aku harus dengan tega mulai mengubur satu demi satu kepinan mimpi yang sudah aku buat hingga puncak, mencopot setiap bagiannya, hingga ke bagian fondasi. It won't happen. Unrealistic. It feels hurt. 

***

Btw, novel yang baru aku beresin itu judulnya The Maze Runner yang keterangannya bisa diliat di sini dan filmnya akan rilis tahun ini juga. Menurut aku, novel ini gila, dan aku masih bingung baca ending buku pertamanya. Jadi, penasaran sama buku keduanya...

Minggu, 30 Maret 2014

Santai

Pagi hari. Angkot Sadang Serang - Caringin

K: "Eh, ai kamu teh udah sidang belum sih, Rang?"
A: "Hahaha, emang kenapa, ka? Belum kok, seminar aja belum."

(...)

A: "Kenapa nanya gitu, ka? Emang aku ga keliatan riweuh lagi skripsi ya?"
K: "Iya, santai banget soalnya"


***


Percakapan tersebut terjadi beberapa waktu lalu di saat aku seangkot dengan seorang teman. BUkan yang pertama percakapan tersebut muncul. Walaupun percakapannya gak terlalu sama, tapi ada satu kata yang pasti ada: SANTAI

Entah kenapa, aku pun bingung. Sebegitu santainya ya aku sampai orang-orang menganggap aku udah selesai atau yang paling parahnya ninggalin? Anggapan itu muncul lagi ketika beberapa waktu lalu aku pergi buat pergi ke SIngapore. Gak maksud buat flight, tapi memang aku merasa kenapa engga pergi? Hal ini muncul juga ketika aku 'terlihat' selalu di biro untuk kerja, dibandingkan di perpus. Emang ngerjain skripsi harus di perpus doang?

Dengan segala hambatan yang aku rasakan selama ini, aku ngerasa lebih kuat. Dosenku sedikit demi sedikit sudah menyisihkan waktunya buat aku dan sekarang udah sohib banget. Aku semangat, tapi semangat aku gak aku keluarin macem beberapa temen yang semangatnya harus diupdate di semua jejaring sosial yang pada akhirnya aku muak dan aku unshared di salah satu jejarsos, karena aku membaca hal yang sama di beberapa jejarsos.

Ngomongin soal jejarsos, alasan aku bikin jejarsos yang berbeda adalah untuk mendapatkan informasi yang berbeda juga. Hal inilah yang bikin aku gak berniat bikin tumblr. Walaupun semuanya gak begitu, tapi berdasarkan yang aku liat tumblr beberapa temen, isinya re-blogged semua, dan itu bikin males. FYI aja sih

Sabtu, 22 Februari 2014

250 Hours as The-Professional-Musician


Hampir sebulan berlalu semenjak perjalanan mengesankan aku ke negeri tirai bambu, China (nyatanya tulisan ini baru selesai Februari 2014). Akhirnya aku mempunyai niat yang sangat besar untuk memulai tulisan ini, yang mungkin saja bisa berakhir di kotak draft atau dibuang. Singkat cerita, aku dan 13 orang lainnya diundang untuk melakukan penampilan angklung di negeri itu. Reaksi pertama yang keluar dari kepala aku adalah: GILA, INI BENERAN? dengan disertai umpatan-umpatan seneng ala anak gaul di MTV.

Jujur, selama persiapan kita cuma melakukan beberapa kali latihan. Gak nyampe 10 kali. Mungkin 5 kali plus minus beberapa aku lupa spesifiknya berapa. Di Indonesia kita latihan hanya dengan 10 orang, karena 4 orang lainnya berada di Singapore (dan Thailand?). Indonesia-ers, setiap latihan pasti melakukan sesi recording yang nantinya akan dikirim ke Ajarn Koong untuk quality control. Ajarn Koong adalah orang yang sering mengajak kita , lebih tepatnya yang lain, untuk main dan beliau juga yang mengurusi Thai Camp Culture (yang beberapa tahun lalu aku ikuti). Dengan jadwal yang berbeda, kita mencoba untuk berkumpul dan berlatihan dengan hawa-hawa ke-awkward-an yang gila kenceng banget. Ya kali aku tiba-tiba heboh di tengah orang baru, bisa jadi aku dibius buat dimasukin ke rumah sakit sebelah BIP -_-

Oke, cerita ini akan dipercepat sampai hari keberangkatan, 17 September 2013. Secara keseluruhan, kita ber-14 (termasuk yang dari Singapore dan Thailand) dibagi menjadi 2 kloter (kaya naik haji -_-). Kloter pertama pergi tanggal 17, sisanya pergi tanggal 20/21an. 5 orang saja yang ada di kloter pertama: Aku, Ka Ido, Au, Sabeu, teh Anti
Dari kiri ke kanan: Syekh (African Team), Ka Ido, Teh Anti, Au, Sabeu, Aku
Kita berangkat dari Bandung sekitar jam 4 sorean, pake mobil Au. Kita naik pesawat di Soetta, ngambil yang jam 10an, dengan alasan Au sama Sabeu masih mau ambil kuliah pagi dan siang dan biar kita nginepnya ga kelamaan di Changi (karena check-in selanjutnya pagi sekitar jam 7 kalau gak salah).

Setelah sampai ke Soetta, masih agak awkward dong, jelas aja aku mau pergi ke luar negeri sama orang yang asing banget, kaya orang ga kenal. Kenal sih, tapi belum akrab. Kalau ikutan travel sama biro sih itu masih mending ada tour guidenya yang bakal mencairkan suasana. Ini kita kaya pergi pake biro tanpa tour guide (tapi aku yakin mereka udah biasa pergi keluar kaya gini, so I think I'm safe). Bayangkan saja ke-awkward-an kita. Pada akhirnya kita ceritanya makan malem dulu sebelum ini itu biar asik ceritanya. Setelah makan, kemudian kita check in ini itu, dan kemudian kita udah berada di ruang tunggu untuk nungguin pintu dibuka. Asek dah. Masih awkward sih seingatan aku. Yang paling diingat itu kita foto untuk pertama kalinya untuk perjalanan ini :D *masih nyari fotonya, tapi ga nemu*

Selanjutnya perjalanan naik ke tahap 'kita sudah sampai loh di Singapore!' dan akhirnya kita bingung mau ngapain. Kalau gak salah waktu itu sampai di Singapore sekitar jam 12an (dengan waktu Singapore). Udah luntang lantung jalan sana sini, ngobrol ketawa dan sebagainya kita jalan lagi. Waktu itu lagi jaman ada kaya raindrops gitu yang digerakkan pake energi jadi so cool parah keliatannya. Tapi kita liat itu bergerak pas mau pulang ke Indonesia. kenyataannya raindrops itu gak bergerak sama sekali karena keliatannya udah malem jadi diberhentiin sama pihak yang bersangkutan. Akhirnya kita dapat satu kursi yang, yah bisa dibilang, cukup nyaman jika dibandingkan dengan kursi-kursi yang ada di airport sendiri. Jadi akhirnya kita cari posisi masing-masing untuk tidur atau sekedar jalan-jalan.

Tanggal 18 September 2013. Akhirnya, pagi-pagi jam 6 kita udah nongkrong cantik menunggu yang lain untuk check in menggunakan China Airline (atau namanya lain ya, hemm). Iya, kita bingung gitu karena udah beberapa menit gak ada yang nongol, padahal kan kalau yang kita tau orang china itu kadang tepat waktu. Au telepon ke PJ kita (iya, soalnya gak tau mau disebut apa) namanya Cecily. Wih, pasti china banget nih orangnya, itu yang pertama aku pikirkan tanpa aku share ke yang lain. Kemudian kalau gak salah Au bilang kalau kita disuruh check ini duluan aja disuruh oleh Ajarn Koong (yang dipanggil Granny juga). Oke, kita check ini dan ternyata ada kebijakan yang gak kita tau sama sekali kalau "1 person, 1 luggage". JEDAR!!! Oke, akhirnya diputuskan kalau luggage kita check ini dulu, angklung kita skip dulu biar nanti diurus sama Cecily. Lama-kelamaan muncul beberapa grup. Aku masih ga ngerti kita tuh ada berapa grup yang nampil. Kok, mereka banyak banget dan.......bawaannya banyak banget :| Dan kita udah ketawa-ketawa itu gimana masukinnya kalau "1 person, 1 luggage". Akhirnya datang lah si perempuan bernama Cecily. Wanita keturunan chinese, 30 tahunan lah. Pake heels, cetak cetok cetak cetok. Bawa tas tangan yang digantungkan di siku tangan kanannya. Mukanya selalu punya ekspresi cemas, panik, dan bervolume suara melengking, walaupun gak bisa ngalahin Mariah Carey, but it's annoying.

Kemudian dia menghampiri kita, dan diceritakan lah masalah "1 person, 1 luggage". Kemudian mukanya semakin panik daripada sebelumny. Kemudia dia mendatangi counter kita check ini dan terdengar seperti marah-marah menggunakan bahasa mandarin. Dia kembali dengan mata melototnya dan sepertinya dia cukup kaget dengan peraturan yang dia sendiri gak tau -_- not our fault ya. Gak yakin kalau ini semua adalah idenya dia, atau aku yang miss the moments akhirnya terjadi keputusan kalau kita me-wrap semua barang-barang yang bis dijadikan satu. Angklung bersatu dengan ini itu dan sebagainya. Ada satu angklung kita yang menyatu dengan barang dari tim Singapore, dan oke. Salah seorang dari Tim Singapore (Tim Gamelan) mencatat ada dimana saja barang mereka. Dia memang terlihat sangat teliti, dibantu dengan teman-temannya. But, the next problem is, who will bring these?

Kamis, 20 Februari 2014

About being in a relationship again

Nikah? Harus nikah banget ya?

Mungkin, salah satu hal yang bikin aku ga mau untuk pacaran saat ini adalah ngedapetin undangan nikah dari mantan aku. Aku belum siap.

Loh? Kok mantan?

Aku pikir, ketika berada di usia aku, transisi remaja akhir dan dewasa awal, suatu hubungan akan penuh dengan konflik atau bahkan saling berbenturan secara (.....) *fak lupa mau nulis satu kata ini*. Saat aku terima undangan itu, yang aku pikirkan adalah, "sial, dia pernah sama gua loh".

Awalnya mau nambahin, "kenapa gua sama dia gak bisa ke tahap ini kaya dia dan..........pacar, well, suaminya secara sah?". And I don't like the feeling when someone used to close with you, untuk hal ini 'close', then suddenly you're not that close. I've been there and I don't wanna feel that kind of feeling anymore. It hurts, even though you're making up, I mean not making up like the couples do like kissing, hugging, fucking each other, etc., I won't help. The damage has been done. Like mirror, like personality, and I don't know what Justin Timberlake feel about mirror. It's just so awkward yet hurtful.

For now, aku ngerasa kalau aku udah seneng dengan jalan aku sekarang, single, no relationship-status-thingy. Ketika aku memutuskan untuk sayang sama orang, kelak, whether it's woman or man, aku bakal nunjukin kalau aku sayang without the relationship-status-thingy. Ketika proses itu terjadi dan dia pergi, I guess she/he's not the one. Walaupun terkadang aku selalu ingin dipeluk ketika sedih atau sendiri

Sabtu, 18 Januari 2014

BIRTHDAY

Perlu dikatakan aku sudah melewati 4 kali ulang tahun di fakultas psikologi, which means, tahun ini adalah tahun kelima yang akan aku lewati, yang kalau dipikir-pikir sangat menyedihkan. Menyedihkannya bahwa udah hampir 5 tahun dan aku masih aja belum lulus *nangis* 4 tahun ke belakang ini aku ngerasa bahagia banget ulang tahun aku selalu didampingin banyak teman, yang semakin tahun semakin sedikit. 
 
Tahun pertama, ulang tahun aku bertepatan setelah study break pertama aku sebagai mahasiswa psikologi. Sebenernya sebagai mahasiswa baru ngerasa aneh aja hari ulang tahunnya deket sama perayaan kampus. Aku sempet curi denger, waktu itu jonti jadi MC di study break, ngumumin kalau besoknya aku ulang tahun ke civitas, dan ga ada respon……. Iya lah, siapa gue gitu, waktu itu -_- ya bukan berarti aku siapa-siapa sekarang, dan pada akhirnya aku digiring sana sini sama…. Arlita kalau ga salah, katanya nyari sesuatu, tapi ga nemu-nemu. Tau-tau mata aku ditutup dan digiring ke ruangan D dan pas dibuka di sana banyak temen-temen 2009 bawa martabak pake lilin gitu. Terus ada yang bilang, aku lupa siapa, “Maaf ya, Cuma martabak. Soalnya ga nemu lagi udah malem”, terus di situ aku mau nangis tapi aku gengsi. Terus ada salah satu temen tiba-tiba bilang, “jangan pindah ke FK ya”, entah dia masih ingat dia bilang gitu apa engga, tapi kata-kata dia di-iya-kan oleh beberapa teman juga, dan bikin aku terenyuh. Di saat itu aku masih pengen mengejar mimpi aku jadi seorang dokter. Tapi di situ aku mengalami tabrakan yang keras, apakah aku mau meninggalkan teman-teman yang suatu hari nanti akan menjadi hebat demi sebuah ambisi masa depan? Dari situ aku makin memantapkan hati untuk tetap menjalani kehidupan di dunia ini (dunia per-psikologi-an) tanpa tau akan jadi apa aku kelak.

Tahun kedua ulang tahun aku. Satu malam sebelumnya kita berkumpul di rumah Juza karena ada project trainingan di ITB. Pelaksanaannya tepat di hari ulang tahun aku. Udah sampe agak malem, akhirnya kita pulang. Waktu itu aku pulang bareng Dea, Anggi, Chia, sama Stefi kalau ga salah. Karena kosan aku lebih duluan sampai, ya udah aku memisahkan diri duluan. UDah masuk kamar kosan, ganti baju, matiin lampu, mau tidur, tiba-tiba ada yang ngetok, gak nyante lagi -_- dengan suara yang familiar, Anggi.. Pas dibuka katanya kebelet pipis. Mau ikut pipis. Ya udah aja aku bukain pintu, walaupun kamar mandi di kosan aku kamar mandi luar. Aku nunggu di dalem kamar. Terus pas dia masuk, tiba-tiba cewe-cewe sisa (ga enak ya bahasanya: Dea, Stefi, Chia). Mereka bawain martabak (lagi) dan aku ngerasa kalau martabak adalah one of the things that can makes me happy.
Tahun ketiga, kalau ga salah aku lagi ada project trainingan juga. Tapi waktu itu ga tepat di hari ulang tahun akunya. Aku lupa kenapa. Kejadiannya di kampus. Habis solah maghrib gitu, pas keluar tiba-tiba ada…….martabak lagi :’) pake lilin. Tiga tahun berturut-turut ketemu martabak coklat. Walaupun aku ga terlalu suka coklat, tapi dalam keadaan ini aku jadi suka dengan coklat. Tahun itu aku dikasih tempat pensil domo oleh Chia sama Dea. Emang, waktu itu tempat pensil aku udah jebol banget, terus aku gak ada waktu buat beli tempat pensilnya. Pas dapet itu awalnya aku bingung, ga ngerti, pas aku baca surat yang terlampir, aku galau bin terharu. Ternyata mereka segitu merhatiin aku, kalau tempat pensil aku rusak :’) 

Tahun keempat. Aku lagi tidur aja di kosan, tiba-tiba ketokan ga santai muncul sekitar jam setengah 6an. Pas dibuka ada Dea, Chia, sama Anggi. Dengan rame-rame di pagi hari dan muka yang masih mengantuk, mereka udah ngeramein kosan orang aja… Di tahun keempat ini aku dapet kue kecil dari mereka. Dengan lilin warna warni. Dan hadiahnya adalah tempat makan sama tempat minum. Karena waktu itu emang aku lagi masuk masa-masa sakit-sakitan, dari sakit kepala sampe sakit paru-paru. Katanya, esensi dari pemberian hadiah ini biar aku bekel makan-makanan sehat dan gak sakit-sakitan lagi. Sebegitu perhatiannya mereka :’)