“If you feel lost, disappointed, hesitant, or weak, return to yourself, to who you are, here and now and when you get there, you will discover yourself, like a lotus flower in full bloom, even in a muddy pond, beautiful and strong.”
Masaru Emoto, Secret Life of Water

Kamis, 27 Oktober 2011

Student Center

"Student Center"

Kata itu lagi agak sensitif sih di kampus. Denger-denger kabar, ada beberapa orang yang menggolongkan kita berdasarkan keberadaan di Student Center. "Eh, kalau dia mah anak SC. Nah, kalau si itu bukan anak SC". Sebenernya orang-orang yang beranggapan kaya gitu adalah orang-orang yang emang ga pernah ke SC. Kenapa gitu mereka ga sekali-kali datang ke SC cuma liat celingak-celinguk, atau gabung kek main kartu atau apa. Mungkin aku bukan expert di bidang psikologi, tapi aku sih ngeliatnya: KALIAN TUH KAYA GAK PERNAH BELAJAR PSIKOLOGI AJA DEH!! Ngomongin orang di belakangnya. Ngatain orang patologis. Emang ngerti arti patologis kaya apa??

Terus ada yang ngatain juga kalau anak-anak SC itu kebutuhan aktualisasi dirinya sangat tinggi. Lucu emang. Sampe sekarang udah setaun lebih belajar psikologi kepribadian sama Bang Hatta, aku masih belum dapet arti simpel dari kata "aktualisasi". Emang mereka tau? Kaya yang pernah merhatiin pas kuliah Bang Hatta aja. Aku aja yang suka merhatiin dapetnya D lagi, D lagi.. *curhat*

Kampus semakin asik layaknya film yang menduduki nomor 1 box office amerika. Jadi, kita tunggu episode selanjutnya dari Student Center.. :)

Sabtu, 22 Oktober 2011

Stalking! (dan sedikit bagian dari "kode" bagian 3)

Sepertinya dunia per-stalking-an adalah bagian dari diri aku. Aku pasti ga tahan dalam sehari jika tidak melakukan hal ini (akhirnya aku mengumumkan kepada dunia kalau aku tukang stalking! Puas lu pada!?). Kebiasaan ini mungkin tidak bisa hilang begitu saja karena hal ini bermula sejak SMA. Sejak SMA itu aku baru mengenal dunia jejaring sosial dan pada akhirnya aku mendapatkan kenikmatan stalking. Mungkin kalau kata Freud (bener ga ya?) 5 tahun pertama dari seorang individu adalah masa-masa krusial (kayanya salah deh -,-), dan hal ini berlaku pada kejadian aku berkenalan dengan dunia per-jejarsos-an! 5 tahun pertama menentukan, akan menjadi individu seperti apa kamu jika berada di dunia maya.. Dan selamat, tahun ini adalah tahun keenam aku berada di jejarsos dan kabar buruknya adalah 5 tahun pertama aku sudah terlewatkan dan aku sendiri menarik kesimpulan bahwa perilaku stalking ini akan terbawa sampai akhir hayat.. (,,,)

**

Berawal dari kebiasaan "add as a friend" kakak kelas waktu SMA (walaupun gak kenal). Kalau di infonya ada keterangan "SMAN 2 Cimahi" dsb, PASTI aku add dan entah kenapa aku mendapatkan kepuasaan ketika nama aku berada di friendlist orang-orang(?). Hal ini menjadi super random ketika menginjak bangku perkuliahan! Kebiasaan ini semakin berkembang dengan cara melihat semua foto yang dimiliki para angkatan atas. Sungguh mengerikan memang. Mengerikan sampai aku men-stalking dosen muda yang "super" dalam hal perkuisan..Kalau lagi bosen kuliah, buka HP, terus buka facebook, terus buka foto-foto ************************************ dan galau.. Err.. Dinamika anak muda memang..

Pagi ini aku membuka sebuah profil alumni Psikologi Unpad dan muncul lah perasaan iri. Dia muda. Dia bahagia. Dia (sepertinya) kaya. Dan. Dia beristri.. *sigh* memang berat menjadi seorang remaja yang selalu melihat ke atas padahal masih ada orang-orang yang ada di bawah kita dan ketika terjatuh, kita akan merasa sakit karena kita tidak tau apa yang ada di bawah kita. Ya, tapi ga salah kok liat ke atas untuk jadi bahan Motivasi. Motivasi apa emang, Rang? Motivasi nyari istri??

**

Mungkin agak menyimpang dari judul, tapi perlu diketahui aku udah ga mikirin siapa "kode" dan apa yang dia suka dari aku. Sebagai cowo, mungkin cuma aku satu-satunya orang di dunia yang mengakui aku GALAU ketika aku galau (di antara sekian miliar cowo di dunia). Tapi, perlu diketahui, cowo juga bisa galau. Siapa aja?? Errr... Aku... Aku... Dan aku...

Seorang teman mengatakan hal ini ke aku saat aku curhat tentang si "kode" dan si "target":
"Kamu itu orang baik, Rang. Sebagai temen, aku gak mau kalau kamu dapet cewe brengsek"
Entah kenapa, orang-orang begitu perhatiannya sama aku (GR aja lu mah, Rang). Seorang teman lagi mengatakan, kenapa ga dicoba aja? HEY!! You think a relationship bisa dibuat coba-coba?? ya, mungkin bisa sih, tapi itu menyakiti 3 pihak: pihak aku; pihak dia; dan pihak yang menjadi fans aku. Aku masih ragu. Ragu.. Ragu.. Ragu.. Kalau kata Rihanna mah "We found love in the hopeless place.. We found love in the hooooopppeeeeeeeless placeeee..", semoga aja aku menemukan "hopeless place" aku..

*dan postingan ini berakhir dengan random*

Rabu, 12 Oktober 2011

Ketika semua terasa begitu SAMPAH dan menekan

Mungkin korelasi yang diambil tidak begitu tepat dan tidak menggambarkan keaadaan yang sebenarnya. Ketika konflik kode datang, deadline merasuki jiwa, dan akal pun kelelahan akan semua kekurangan orang, akhirnya aku pun merasa.. ARGH!!

Mau marah, IYA! Tapi, marahin apa?? Mau gembira, IYA! Tapi, mau gembira buat apa? Mau nangis, IYA! Tapi, apa yang harus ditangisi?? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu lah yang sedang berputar di otak aku dan masih menyelimuti 75% pemikiran aku sekarang. Ditambah dengan karakter orang yang emang berbeda. Kadang ngasih jarkom telat, mendadak, menye-menye, "terlihat lemah", banyak bacot, dan sebagainya, membuat 75% itu berubah menjadi 90% kesel. Kadang kalau ketemu orang begituan, pasti langsung ngasih pertanyaan ke diri, "Gak bisa apa menjadi sesuatu hal yang PAS!?".

Pas.. Oke, Pas. Mungkin itu yang sedang aku cari. Pas. Ga ada yang pas di dunia ini. Pasti antara berlebih, atau berkurang (biar setara, tadinya mau nulis kekurangan, tapi asa aneh). Menurut aku sih, kelakuan orang ga ada yang pas. Ada yang menye-menyenya lebay, ada yang garangnya maksimal, ga pernah aku nemu yang PAS itu. Kebaikan pas juga ga ada. Kebaikan itu bisa berlebih (karena mengharap sesuatu) dan berkurang (karena emang bego aja dimanfaatin orang).

Jika dikorelasikan dengan sampah-sampah yang tertimbun di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) mana pun, pantes aja sekitar tahun 2004 atau 2005 TPA leuwi Gajah meledak dan longsor dan memakan banyak korban jiwa. Jiwa semua hal ini terus nimbun di aku, bisa aja aku meledak dan memakan korban jiwa juga. Tapi, kalau dipikir-pikir, kalau aku ambil korelasi dengan keadaan TPA, seakan-akan aku adalah orang yang mau aja "disampahin" oleh orang lain. Sesuatu banget..

Pada akhirnya, aku merasa kalau aku masih dilingkupi oleh keegoisan. Identity Confusion. Siapa aku? Bahkan pertanyaan sepele itu pun belum bisa aku jawab walaupun ada konteks yang terkait. Dan pertanyaan sepele itu bisa membuat timbunan sampah itu menjadi besar, lebih besar dari yang sebelumnya..