“If you feel lost, disappointed, hesitant, or weak, return to yourself, to who you are, here and now and when you get there, you will discover yourself, like a lotus flower in full bloom, even in a muddy pond, beautiful and strong.”
Masaru Emoto, Secret Life of Water

Rabu, 22 Desember 2010

Omegle

Mungkin kebanyakan orang mengetahui kalau Omegle adalah situs dimana kita bisa berbicara dengan orang asing di seluruh penjuru dunia. Mungkin karena itu lah banyak orang-orang yang salah menggunakan situs ini untuk melakukan hal-hal berbau pornografi. Situs ini berkembang yang asalnya hanya text saja, kemudian bertambah dengan adanya fitur video. Coba kamu masuk ke fitur video dan kemungkinan besar kamu akan menemukan tampilan video call lawan bicara kamu adalah kelamin pria. Ok, mereka mencari wanita yang bisa diajak untuk diajak cybersex. Aku tidak tertarik untuk masuk ke fitur ini. Mungkin awalnya fitur ini digunakan pengembang untuk membuat orang dapat berelasi dengan orang asing. Tapi apa daya, perkembangan teknologi akan diikuti perkembangan kriminalitas (sebenarnya aku tidak yakin kalau memperlihatkan alat kelamin kamu ke orang lain itu kriminalitas. Semua tergantung dari niatnya. Kita berpikir positif saja kalau dia habis kehujanan dan tidak mempunyai celana ganti).

**

Beberapa hari ini, aku sedang mengalami kepenatan tingkat dewa. Aku ingin bicara banyak hal, tapi tidak ada yang mau jadi pendengar. Banyak yang mengajukan diri, tapi aku belum percaya. Mungkin kalian harus membaca beberapa postingan ke belakan aku tentang kepercayaan aku terhadap orang. Maka aku pikirkan bahwa aku bisa cerita kepada orang asing dan terpilih lah Omegle sebagai situs yang beruntung. Karena tahu akan akibat dari fitur video, aku langsung menghindari. FYI, fitur video ini tidak selamanya buruk. Aku mendapatkan seorang teman. Dia pria, dia berasal dari Belanda. Dia 27 tahun. Dia sekarang berada pada semester terakhir S2 kriminologi di Belanda. Dia hidup bersama dengan pacarnya, belum memutuskan untuk menikah, tapi tinggal serumah (awalnya pernah kepikiran untuk nanya ke dia kenapa sih melakukan hal tersebut--belum nikah tapi tinggal serumah--untuk menjawab teka-teki psikologi perkembangan, tapi rasanya itu bukan pertanyaan yang pantas untuk ditanyakan). Ayahnya pernah ke Indonesia. Dia memiliki keris, lagu kebangsaan Indonesia Raya (aku aja ga punya =,=a), dan beberapa barang dari Indonesia. Namanya Peter. Kalau penasaran boleh kalian cari dia di friend list aku via facebook.

Akhirnya, aku memutuskan untuk memilih fitur text saja. Di text ini bisa aja kita bohong (kalau aku biasanya suka pura-pura jadi cewe hehe). Tapi, saat itu aku menyamar dengan nama Aga. "Just call me Aga", kalau ada yang bertanya tentang nama. Beberapa kali aku chatting dengan Gay, cewe gatel, dan beberapa kali ngerjain cowo yang lagi horny. Dan beberapa kali aku ditawari untuk webcaman dan play some game katanya. Tapi, untung saja imanku masih kuat karena semuanya memang berawal dari tujuan. Tujuan aku kan untuk mencurahkan unek-unek di Omegle. Dan akhirnya saya bertemu dengan dua orang asal California, di tab yang berbeda. Mengantisipasi delay dan balasan lama, aku menggunakan empat tab sekaligus. Satu bernama Seth, dia 19 tahun, dia di semester akhir dari kuliahnya Biological Engineering tapi berpikir untuk ikut militer. Satu lagi tidak sempat aku tanya namanya. Yang jelas, dia 17 tahun, pemikirannya dewasa, dia ingin menjadi politician, the great politician. Hey, he's only 17 and he likes everything about politics. Damn, aku kalah -,-

Banyak hal dibicarakan dan sangat menyenangkan berbicara dengan mereka berdua. Satu jam berlalu dan mereka pun men-disconnect karena urusan masing-masing. Akhirnya galau ditinggal. Mulai muncul akal licik untuk ngerjain cowo-cowo horny. Menyenangkan deh kalau ngerjain orang yang lagi horny (entah ya kalau di kehidupan nyata akan semenyenangkan ini kah kalau ngerjain cowo horny). Dan akhirnya aku bertemu dengan satu orang wanita. Dia dari Filipina, dia jago bernyanyi (katanya), sedang belajar piano, dan dia kuliah di Mass Communication. Pembicaraan cukup menyenangkan. Seperti standarnya pembicaraan, apa hobi kamu, jenis musik apa yang kamu suka, dan menanyakan cita-cita. Entah kenapa aku selalu bilang kalau aku akan menjadi psikolog dan sutradara yang hebat kepada orang asing. Dan tiba-tiba tercetus lah nama Joko Anwar di akhir kalimat, "I wanna be like Joko Anwar", and she says, "Hey, I know Joko Anwar". What!? What a coolest thing. Joko terkenal sampe Filipina. Katanya sih di jurusan dia sering membicarakan perkembangan orang-orang film di seluruh dunia (mungkin asia tenggara cakupan terkecilnya).

Dan akhirnya, sore itu pun diakhiri dengan manis. Thanks, strangers. Ooh rah ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What do you think??