“If you feel lost, disappointed, hesitant, or weak, return to yourself, to who you are, here and now and when you get there, you will discover yourself, like a lotus flower in full bloom, even in a muddy pond, beautiful and strong.”
Masaru Emoto, Secret Life of Water

Selasa, 13 Desember 2011

Syndrome Anak Sulung: sebuah lorong waktu.

"Syndrome anak sulung".
Aku dapet rangkaian kata tersebut dari mata kuliah Psikologi abnormal. Entah kenapa aku merasakan hal itu, dan aku ga mau itu. Aku ga mau ngaku-ngaku kalau aku dapet syndrome itu, nanti dikira Hypochondria (yakin kalau mengidap sakit tertentu, tapi kenyataannya engga -- CMIIW ya!!).

Sore ini, berhasil nonton film Arisan 2, yang sebenernya aku belum nonton Arisan (bagian pertama). Entah kenapa ingin nonton film ini. Mungkin salah satu bagian yang dinanti adalah bagian Rio Dewanto ciuman sama Surya Saputra (yang katanya sih sampe di-take 5 kali). Hahaha penting banget sumpah alesannya mau nonton film ini. Selain itu, membaca sinopsis film Arisan 2, mengingatkan aku pada teman-teman SMA aku.. Miris, bagi aku. Aku merasa asing di antara mereka, yang notabene aku pernah sangat dekat dengan mereka. Aku kangen. Aku ingin balik lagi ke masa-masa dulu: ketawa bareng, makan bareng, main bareng, foto bareng, belajar bareng (disertai dengan ngegosip). Aku ingin semua. Aku ingin semua memori itu berputar secara terus menerus di kehidupan aku. Tapi, kenyataannya, sebuah gulungan film pun akan habis dan diganti dengan yang baru. Jujur aja, hanya sedikit hal yang bisa aku ingat dari mereka. Bagaimana mereka bercerita dan bagaimana mereka bahagia. Aku tau, mereka bingung saat aku tiba-tiba timbul dalam kebisuan satu hari. Aku kangen..

Kembali ke film, ketika menonton film itu, aku langsung berpikir: Mereka berlima. Bersahabat. Terikat satu sama lain (oleh suatu energi yang tidak bisa disebutkan). Sampai pada klimaks film itu, aku pun menangis. Aku kangen. Aku kangen. Aku kangen. Aku gak suka suasana kampus yang sekarang. Aku suka suasana yang sulu. Rasa membina persahabatan. Bukan rasa saling berkompetisi mencari cinta. Bukan itu. Bukan.

Mungkin aku akan lebih memilih kembali ke masa sekolah, dan bergiat belajar untuk masuk fakultas kedokteran agar Mamah ga usah khawatir dengan masa depan aku. Aku tau, mamah khawatir, akan jadi apa aku nanti setelah lulus dari fakultas psikologi. Aku selalu bilang, "Mamah gak usah khawatir, aku pasti membanggakan Mamah", tapi kata-kata itu ga pernah bisa terucap secara langsung. Satu kata simple ini pun ga bisa aku ucapkan, "Maaf". Maaf karena sudah menyusahkan. Maaf karena belum bisa membanggakan. Maaf kadang suka marah-marah. Maaf ga bisa menjadi sesuatu yang diinginkan. Maaf untuk ketertutupan aku. Maaf untuk segala perbuatan yang seharusnya diucapkan kata "maaf" di akhirnya.

Aku juga, ingin kembali ke masa lalu, dimana aku disayang, dimanja, digendong, dipeluk dengan penuh kasih sayang sebagaimana kasih sayang orang tua kepada anaknya. Aku ingin kembali. Namun, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, gulungan film telah habis, DAN gulungan film itu tidak dapat direplace. Dan kita harus menerima akan kualitas gulungan film yang tidak sama dengan gulungan-gulungan film yang sebelumnya.

Aku ingin kembali ke masa dimana aku merasa ada..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What do you think??