“If you feel lost, disappointed, hesitant, or weak, return to yourself, to who you are, here and now and when you get there, you will discover yourself, like a lotus flower in full bloom, even in a muddy pond, beautiful and strong.”
Masaru Emoto, Secret Life of Water

Senin, 20 Februari 2012

Tuntutan

Minggu ini menjadi minggu yang berat buat aku, di samping minggu pertama oerkuliah dimulai, hal lain yang membuat aku berpikir minggu ini menjadi berat adalah tuntutan dari setiap orang yang ada di sekitar aku. Tuntutan untuk bergaul secara lebih; Tuntutan untuk membantu dengan tenaga yang ekstra lebih; Tuntutan untuk menjadi pemimpin yang baik; Tuntutan menjadi seorang pria. Begitu lah yang terjadi, singkatnya, terkadang aku tidak baik dalam meregulasi emosi yang ada di dalam diri.

Satu cerita, sebuah tuntutan yang datang dari klub belajar bahasa korea aku. Alkisah, ketua kelas di kelas aku menghilang, dengan alasan yang bisa dimengerti aku kira, dan kemudia terjadi pemilihan satu pihak tanpa melibatkan kampanye dan segala embel-embelnya dan terpilihkan aku sebagai ketua kelas selanjutnya. Dua pertemuan terakhir, dari tanggal sekarang, menjadi masalah. Aku sedang banyak pikiran, utang, danbeban, sampai-sampai aku tidak dapat mengingat nama teman sekelas aku, padahal kami suka pulang bareng. Suatu ketika, seorang anak labil, panggil saja dia Afika (yang lagi ngehip karena iklan Oreo itu loh) "agak memperolok" masalah yang terjadi pada aku, tentang mengingat nama dengan embel-embel "nanti kalau ga inget nama pasiennya gimana?" hingga akhirnya beberapa jam lalu, dia menulis sebuah komentar di grup kelas dengan mengatakan "masa pemimpin ga tau nama-nama rakyatnya sendiri?". Bagi aku, agak rancu dengan kata-kata tersebut? Jika dia berpendapat kaya gitu, aku berpikir aku memiliki rakyat yang sangat-sangat-sangat-sangat banyak. Apakah Pak SBY mengenal atau minimal mengetahui nama-nama rakyatnya? Beda konteks memang, tapi ya mau gimana lagi. Akhirnya, aku balas berkomentar di dalam grup itu, "kualitas lebih penting dibandingkan dengan kuantitas", tidak lupa dengan emote icon ":)". Lalu, beberapa menit yang lalu dia membalas, "kuantitas menentukan kualitas". Bagi aku, kuantitas (jumlah yang banyak) belum menentukan kita memiliki kualitas yang baik. Bayangkan saya, kamu memiliki 4531 teman di facebook yang kamu add asal karena kamu merasa kalau dia tampan/cantik melalui profil picturenya DAN bandingkan dengan kamu memiliki sedikit teman di facebook, namun kamu sangat mengenal orang-orang itu. Entah perumpamaan ini sesuai atau tidak dengan kondisi aku sekarang, tapi, sebel aja gitu, dia "seperti" ingin menjadi lebih superior dibandingkan aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What do you think??