“If you feel lost, disappointed, hesitant, or weak, return to yourself, to who you are, here and now and when you get there, you will discover yourself, like a lotus flower in full bloom, even in a muddy pond, beautiful and strong.”
Masaru Emoto, Secret Life of Water

Minggu, 16 Juni 2013

S(tuck)-rip-see

Berdasarkan penanggalan yang aku buat, tahun ini sudah memasuki hari ke 167 (kalau aku tidak salah hitung). Hampir setengah dari tahun ini sudah pergi dan setengah tahun ini pun harus dihadapi dengan (ya mungkin suram).



Beberapa minggu terakhir aku memutuskan untuk tinggal di rumah, bisa tiduran, main komputer tanpa kelemotan (layaknya laptop *kemudian self-pukpuk*), download lagu secara unlimited, update status sebanyak-banyak di twitter, kepoin path orang, sampai makan yang bisa dibilang ga akan pernah habis (oke, ini lebay). Awalnya, dengan diamnya aku di rumah inginnya sih membuat hati tenang dan meningkatkan well being (alesan, klasik!). Well, semuanya berubah ketika Mamah selesai dioperasi dan mengeluhkan sakit ini itu pasca operasi, sakit Papah yang dadakan, dan Dewa yang semakin "sulit dikendalikan", semuanya bercampur menjadi kombinasi yang cukup membuat ingin-mati-tapi-aku-belum-menjadi-orang-yang-bisa-dikenang. Setelah projek film kejutan (yang awalnya ditujukan buat ultah angkatan) gagal (mungkin pending untuk waktu yang belum bisa ditentukan), akhirnya aku tidak mengetahui apa yang harus dilakukan. Setelah satu per satu dari teman-teman mulai seminar dan menyusun alat ukur, aku masih stuck dan mengumpulkan niat untuk membaca sekitar 20 jurnal mengenai impulsive buying. Iya, kebetulan itu yang ingin aku bahas, mengenai gambaran impulsive buying pada kelompok subjek tertentu. Dari sekitar 20 itu, sejauh ini aku baru berhasil menyelesaikan 1 jurnal dan itu pun hanya 8 halaman. Sedangkan yang lainnya memiliki halaman yang menembus angka 20an dengan font yang lebih kecil dari yang si 8 halaman. Entah sampai kapan aku akan terjebak di nostalgia kaya Raisa..

Dibandingkan dengan orang lain (kayanya hidup aku ga jauh dari banding membanding dengan orang lain), aku memiliki semangat menyelasaikan skripsi sebesar 0%, tapi paksaan atau bahasa kerennya social pressure mencapai titik 1000%, 10 kali lipat. Dengan "publikasi" yang Mamah lakukan kalau ketemu tetangga atau saudara ["iya, tinggal nunggu sidang", dimana aku aja belum menyelesaikan satu pun bab yang seharusnya dikerjakan] membuat aku semakin tertekan dan hal tersebut tidak membuat aku lebih baik. Ada saat ketika aku ingin mengerjakan skripsi. Ketika aku men-share ide aku sama beberapa teman, terkadang itu langsung hancur begitu saja dan membuat aku ga ingin menuliskan apa yang tadi aku pikirkan. Mungkin selama ini cuma 2 orang aja yang bisa dibilang "selalu memberikan sesuatu yang membangun di dalam diri aku walaupun itu ga keliatan", tapi jika dibandingkan dengan orang-orang "yang sebenarnya mereka engga pernah menjatuhkan tapi cara penyampaiannya yang membuat aku jatuh" sangat berbeda jauh. Sepertinya bangunan yang diberikan oleh 2 orang itu kaya seledri yang nempel di sela gigi (ini analoginya ga pas banget). Intinya, aku semakin tertekan, dimana pada saat ini juga orang-orang udah pada sibuk sama penelitiannya sendiri. HAH!!

Dari stuck, lama-lama bisa saja menjadi rip, tinggal kita see aja endingnya..

2 komentar:

What do you think??