“If you feel lost, disappointed, hesitant, or weak, return to yourself, to who you are, here and now and when you get there, you will discover yourself, like a lotus flower in full bloom, even in a muddy pond, beautiful and strong.”
Masaru Emoto, Secret Life of Water

Kamis, 14 November 2013

Stuck on L..........ift

Gambar diunduh dari normanleds.com
Apa sih yang menjadi ketakutan terbesar kamu ketika menaiki lift di suatu mall? Kalau sendirian terus tiba-tiba ada "temennya"? Ketika naik lift malah diangkat ke dunia lain? Well, yang paling common yang paling ditakuti adalah stuck di dalam lift, and it happened to me this evening.

Jadi ceritanya sore ini aku pergi ke sebuah mall di kawasan Bandung untuk bertemu dengan teman. Tujuan dairi pertemuan ini adalah kita membicarakan strategi dan mengambil data, dimana kami sedang terikat kontrak (tidak langsung) untuk membantu penelitian dosen mengenai komunikasi dalam pernikahan, baik itu yang masih menikah atau sudah berpisah. Singkat cerita, kita bertemu di daerah foodcourt di lantai paling atas dari mall tersebut.

Biasanya, untuk sampai ke foodcourt, aku naik eskalator biasa sambil cuci mata. Namun, karena selama ini bolak-balik mall tersebut untuk jadi basecamp, ada kebosenan yang melanda. So, akhirnya aku memutuskan untuk naik lift, biar cepat juga sih niatnya.

Butuh beberapa saat untuk menunggu pintu lift terbuka. Ada 2 lift bersebelahan, dan secara impulsif aku menekan tombol menuju ke atas berkali-kali, dengan harapan lift bisa naik lebih cepat dan membukakan pintunya. Akhirnya, terbuka lah satu pintu lift dengan kondisi penuh, hanya tersisa satu spot untuk aku, tas aku, dan bayangan aku....

Selama perjalanan menuju atas, aku menguping, ternyata orang-orang tersebut dari wisudaan (aduh, kata yang bikin alergi untuk saat ini) suatu universitas ternama di kota Bandung. Mereka bercerita dengan bangganya, kepada satu orang asing, yang aku asumsikan mereka tidak mengenalnya dan baru bertemu di dalam lift.

"Ting". Lantai 1. Sebelumnya aku naik di GF.

"Ting".

Pintu tidak terbuka.

"Ting".

Fuck, jangan main-main lah, kalau mau naik lift, naik aja, itu yang muncul di pikiran aku.

"Ting"

"Macet nih macet", tiba-tiba orang di belakang aku mengeluarkan kata-kata itu.

"Tenang-tenang, jangan panik. Kalau panik nanti malah ngabisin oksigen di lift ini. Mas, pencet tombol emergency yang kalau ga kebuka lagi".

"Ting", masih, tidak ada respon dari pintu, iya sama kaya kamu yang gak pernah ngerespon aku *curhat*

Mas-mas di sebelah aku, yang aku yakini adalah keluarga dari si orang yang diwisuda menekan tombol emergency. Butuh waktu yang cukup lama kaya vierra, cinta butuh waktu untuk mendapatkan respon dari petugas.

"Ada apa?"

"Liftnya macet"

"........"

Doomed!! Udah deh, aku akan menghabiskan sisa kehidupan aku di dalam lift ini :( Bahkan petugas pun sudah menyerah untuk tidak menyelamatkan kehidupan aku. Rasanya ingin panik, tapi cewe di belakang aku mengeluarkan kata-kata brengsek, "Aduh, pusing. Bu, aku Pusing". Daaaammnn, persediaan oksigen menipis. Jadi gini rasanya jadi Sandra Bullock (padahal belum nonton filmnya -_-).

Mas-mas itu pun kembali menekan tombol emergency.

"Kenapa kenapa?", Kenapa pale lu peang hah. Di sini keadaan krisis tapi respon lu lama beut deh!!

"Liftnya macet, mas. Menuju lantai 1".

"Baik, segera ke sana", iye buruan sih, oksigen mulai menipis. Rasanya kalau kadar oksigen di lift itu diibaratin sama Ultraman, pasti udah kedip-kedip lampu yang ada di dadanya.



***

Selama menunggu, terjadi awkward silent yang sangat kental. Aku ga berani nengok ke belakang buat liat-liat wajah orang-orang di sekitar. Akhirnya, aku pun memeluk erat tas yang aku bawa, dengan mengumpat-umpat ganteng di dalam hati. Sayup-sayup terdengar suara, "Iya sih, gara-gara yang baru masuk jadinya macet kan:. FUCK!! Ok, fine. Gue ngaku kalau gue emang selalu salah kaya Geisha. Gue juga akuin kalau berat badan gue lebih berat daripada yang terlihat, tapi gak perlu lah lu bisik-bisik. Ngomong di depan kalau berani!! Iya. itu cuma pemikiran ektrim aku. Pada kenyataannya, aku menunduk dan semakin menyesali mengapa aku harus naik lift.

Setelah beberapa lama akhirnya lift itu terbuka. Ada yang yang membukanya dari luar. Entah kenapa mas yang berwajah biasa itu terlihat sungguh tampan ketika membukakan pintu lift itu :') Ternyata lift tersangkut setinggi paha menuju lantai 1. Akhirnya kami pun keluar dan hidup bahagia selamanya.


Lesson to learn: Jangan pernah satu lift dengan keluarga orang yang lagi wisuda, mereka beraninya keroyokan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What do you think??