“If you feel lost, disappointed, hesitant, or weak, return to yourself, to who you are, here and now and when you get there, you will discover yourself, like a lotus flower in full bloom, even in a muddy pond, beautiful and strong.”
Masaru Emoto, Secret Life of Water

Jumat, 27 Mei 2011

Sedikit Tentang Masa Depan (Lagi)


Minggu ini bisa dibilang minggu yang sibuk di kampus. LP 2010, Senandung Plaba, ulang tahun Bang Hatta, dan ulang tahun 2009. Makanan dari LP 2010 sampai ulang tahun 2009, semuanya nasi tumpeng. Alhamdulillah, gizi aku masih bisa terpenuhi sehubungan dengan dompet yang makin menipis. Terima kasih untuk Mirsa atas headsetnya (yang didapatkan dari acara tukar kado random saat ulang tahun 2009), suaranya mantep, sumpah ga boong. Makasih untuk Icha yang telah meminjamkan beberapa lembar uang 50.000 kepada aku. Saya berharap untuk Anindya (orang yang mendapatkan kado saya), barang-barang yang di dalamnya bisa dimanfaatkan secara maksimal..

Entah kenapa, dari LP 2010 (lebih tepatnya, dari sebelum LP 2010 saat aku mengikuti beberapa training) semua membicarakan tentang masa depan. Sedikit diingatkan, aku (agak) kurang suka membicarakan masa depan walaupun hal-hal tersebut adalah hal yang sangat krusial untuk hidup aku. Tapi, ya begini lah adanya. Sampai sekarang aku belum menemukan harus menjadi apa aku. Kuliah aja aku jalanin (agak) dengan setengah hati. Aku gak tau mau jadi apa, walaupun ak tau, kelak, aku bakal jadi tulang punggung keluarga yang sekarang dan keluarga yang nantinya akan aku buat. Beban? Tentu. Aku pikir, aku gak cocok jadi fasilitator. Aku ga bisa ngomong di depan orang banyak (apa lagi jadi game master). Aku gak cocok jadi psikolog. Aku bisa mendengarkan semua curhatan orang, tapi ak ga bisa memberikan solusi. Solusi yang aku berikan selalu saja menentang norma (sebenernya bukan norma juga sih) yang berlaku di masyarakat. Aku gak cocok bekerja di bagian HRD. Aku orangnya gak tegaan. Gak bisa menolak orang kalau memang orang itu tidak berkompetensi di bidang itu. Aku gak bisa jadi penyanyi juga. Suara sumbang aku bisa menyebabkan orang lebih baik memilih mati daripada hidup mendengarkan aku bernyanyi. Aku cuma bisa jadi pengamat. Mengagumi hasil kerja orang lain. Aku bingung, aku harus jadi apa? Walaupun aku bertanya dan berteriak-teriak di sekeliling kampus, tidak akan ada yang bisa menjawab pertanyaan aku. Setiap psikolog pasti bilang, “kamu maunya jadi apa?”. Aku gak mau jadi apa-apa. Kosong kedengarannya. Tanpa harapan. Menyedihkan.

Aku sedang kehilangan semangat belajar aku. Aku lelah. Semua orang juga lelah. Aku tau. Entah bagaimana aku akan melewati beberapa tahun ke depan di psikologi. Aku dituntut untuk cepat lulus dengan nilai yang sangat bagus. Lulus itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kalau semudah itu, pasti lulusan psikologi murudul dimamana. Tapi, dengan membalikkan telapak tangan itu, kita belum tau bagaimana kualitasnya. Aku ingin menjadi sesuatu yang orang lain bisa ingat. Tapi, bergaul dengan teman sekostan aja masih sangat sulit. Bahkan aku tidak pernah berkomunikasi dengan orang-orang tersebut. Aku gak tau sebabnya. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa membantu orang banyak, tidak hanya orang Indonesia. Mungkin kebanyakan yang sering disebutkan menjadi cita-cita adalah, “Menjadi orang yang berguna untuk bangsa dan negara”. Aku ingin lebih dari itu. Aku ingin merubah dunia. Aku mungkin gak bisa kaya Mahatma Gandhi. Aku gak bisa kaya Nelson Mandela. Setidaknya aku ingin bisa membuat orang yang aku temui tersenyum, walaupun aku tidak bisa merubah kehidupannya. Setidaknya mereka tersenyum. Tersenyum.

Semoga aku akan mendapatkan, sesegera mungkin, akan menjadi apa aku ini..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What do you think??