“If you feel lost, disappointed, hesitant, or weak, return to yourself, to who you are, here and now and when you get there, you will discover yourself, like a lotus flower in full bloom, even in a muddy pond, beautiful and strong.”
Masaru Emoto, Secret Life of Water

Jumat, 30 November 2012

Keledai

Bagi beberapa orang tahun 2012 itu sebagai akhir dunia, mungkin ada benarnya. Bagi aku, tahun ini adalah tahun cobaan terbesar selama aku kuliah di fakultas ini.
  1. Aku melewatkan beberapa beasiswa yang sebenarnya bisa aku dapatkan dengan kemampuan aku saat ini.
  2. Aku melewatkan pendaftaran dan seleksi student exchange ke Korea / Jepang.
  3. Aku semakin boros.
  4. Harus membayar sekian juta untuk suatu acara yang dananya "kurang".
Hal itu yang membuat aku berpikir kalau hal-hal tersebut adalah kiamat kecil untuk aku. Aku tidak pernah memikirkan secara matang. Aku hanya mengikuti dorongan yang ada di dalam diri aku, egoisme. Menyesal, iya, banget. Tapi mau gimana lagi, nasi telah menjadi bubur, bahkan bukan bubur yang enak untuk dimakan, tapi bubur yang kebanyakan air dan gosong yang bahkan binatang pun tidak mau memakannya. Walaupun kamu memberikan toping-toping ke dalam bubur itu, selera makan kamu tidak akan bertambah sedikit pun. Hal tersebut aku kaitkan dengan apa yang aku rasakan saat ini, pait, useless, dan tidak pantas untuk dunia. Mungkin ini suatu teguran kalau waktu lalu-lalu aku terlalu mementingkan dorongan tanpa berpikir. Rasanya ingin mukul-mukulin diri sendiri..



Saat kesal, twitter selalu menjadi media yang paling asik buat ngomel-ngomel dan pada akhirnya jumlah followers akan berkurang dengan sendirinya, mungkin tidak tahan mendengar omelan aku yang entah ditujukan untuk siapa. Beberapa orang pun bilang, ambil aja pelajaran dari semua ini, tapi harus sampai kapan aku ngeamil pelajaran tapi aku jatuh di lubang yang sama, bahkan lubangnya lebih dalam. Berdasarkan hal tersebut, aku berpikir kalau aku ini lebih bodoh dari keledai yang jatuh di lubang yang sama, dan sepertinya kedalaman lubangnya sama juga. Pada akhirnya, aku membandingkan diri aku dengan binatang yang bisa dibilang punya kemampuan otak di bawah manusia. Berarti sebutan para koruptor yang sama kaya binatang itu memang benar. Terkadang kita, sebagai makhluk dengan kemampuan otak tertinggi, bisa menjadi setara dengan binatang, dengan kemampuan otak terendah, ketika kita hanya menjalankan dorongan-dorangan yang ada dalam diri tanpa ada proses "apakah hal tersebut memang pantas dilakukan?".


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What do you think??