“If you feel lost, disappointed, hesitant, or weak, return to yourself, to who you are, here and now and when you get there, you will discover yourself, like a lotus flower in full bloom, even in a muddy pond, beautiful and strong.”
Masaru Emoto, Secret Life of Water

Senin, 11 Februari 2013

Betah.. Gak Betah

Mungkin ini adalah postingan pertama dan terakhir selama KKN. Kalau ditanya kehidupan KKN aku, aku berpikir akan seperti kurva normal.

Oke, di sini aku mengategorikan ke dalam beberapa spot: minggu awal, minggu tengah, dan minggu akhir. Semua minggu akan dijelaskan sesuai dengan tahapannya, tergantung dengan mood yang akan terjadi bberapa menit ke depan.



Minggu awal, adalah minggu penyesuaian. Minggu dimana, akhirnya, aku tinggal satu atap dengan orang-orang baru dan asing, kecuali dua orang yang selama tiga tahun terakhir bersama dengan aku, sebut saja namanya Dea dan Gege. Seperti biasa, aku merasa kurang bisa bergaul dengan individu sesama jenis. Dari minat yang berbeda (di sini aku mengategorisasikan sebagai main game, dan kalau di artikan dalam Bahasa Indonesia sebagai main permainan) hingga kepriadian yang berbeda. Tentu saja hal ini pasti terjadi, karena tidak ada manusia yang memiliki kepribadian yang sama. Dengan dinding pertahanannya masing-masing, semua orang memiliki batasan yang ada untuk menerima orang lain. Dikarenakan manusia adalah makhluk yang dinamis, dinding tersebut akan bersifat fleksibel juga. Bisa jadi dinding itu luruh atau bahkan dinding itu menebal atau bisa saja dinding itu tinggi dan bisa juga transparan, dan semua ini harus diakhiri sebelum menimbulkan kebingungan masal. Hal yang bisa aku pelajari adalah tidak semua orang bisa langsung meruntuhkan dindingnya. Dengan 21 orang yang berbeda (termasuk seorang bule dan dua orang yang telah disebutkan tadi), semuanya memiliki dindingnya masing-masing.

Jadi, singkat cerita sebelum semua melantur, kehidupan aku di dunia per-KKN-an dimulai dengan awal kurva normal yang hanya naik sepersekian centimeter dari dasar. Asik memang bertemu dengan orang lain, tapi semua itu berubah ketika kamu harus menghabiskan energi hanya sebatas untuk men-cover empati orang lain yang tidak mereka keluarkan. Mengeluarkan empati untuk diri sendiri saja sudah membutuhkan energi yang banyak, apalagi harus men-cover yang punya orang lain?

Seminggu pertama, aku ingin pulang. Ingin kembali ke komunitas awal yang aku sadari sebagai lingkungan yang membuat kita merasa tergantung karena kita saling membantu menopang energi masing-masing. Ketika masuk lingkungan yang tidak menggunakan energinya, kamu akan mencoba membuat orang-orang di sekitar menjadi sesuai dengan lingkungan sebelmnya, namun dibutuhkan pengorbanan. Disingkat lagi kalau minggu awal aku sakit. Seperti biasa, sakit yang menerpa sepertinya psikosomatis. Psikosomatis yang biasanya aku alami berupa sesak nafas, dada memanas, atau sakit perut (karena asam lambung yang produksinya berlebihan). Aku mengalami semua syndrom-syndrom di atas. "Aku ingin pulang", cuma itu yang terlintas.

Cerita berubah ketika memasuki minggu tengah. Sebut saja jika dilihat dari kurva normal itu minggu ini adalah minggu puncak. Dari aku mulai nyaman dengan beberapa orang, aku mulai tidak menyukai beberapa orang dan menghindarinya, dan semua berjalan sesuai dengan apa yang aku harapkan, aku bisa berkumpul dengan orang yang menurut aku menarik saja. Terdengar selfish memang, tetapi begitu lah aku. Aku hanya ingin bergaul dengan orang yang memang aku mau. Sebagai mahasiswa psikologi, aku merasa gagal karena aku tidak bisa bergaul dengan baik dengan orang lain. Aku betah. Aku ingin lebih lama menghabiskan hari aku bersama anak-anak asing ini. Aku ingin lebih lama, namun wacana-wacana yang keluar dari mulut mereka seperti, "mau pulang" atau "ga betah" membuat sedikit demi sedikit kebetahan aku menurut, seperti layaknya kurva norma, setelah puncak, mengalami penurunan. Memang, aku mempermasalahkan hal ini karena aku ingin sekali saja semua hal berjalan sesuai dengan apa yang ada dalam diri aku. Namun, selama ini, ketika orang betah, aku tidak betah; ketika aku betah, orang lain tidak betah.

Minggu terakhir, adalah minggu dimana semua pencitraan luluh. Orang yang awalnya membuat aku nyaman, mulai mengeluarkan siapa mereka sebenarnya. Rasanya ketika berkumpul selama ini, mereka menggunakan topeng-topeng pencitraan. Kalu diliat kaya iklan sih kaya iklan yang topeng monyet. Iya, semuanya menggunakan topeng monyet, sedangkan ketika kita tidak berkumpul, wajah serigala yang muncul di balik topeng-topeng itu. Jadi, kesimpulannya, rasa aku nyaman di sini menurun seperti awal aku berada di tempat ini.

Berdasarkan semua itu, aku masih ingin bersama mereka, namun tidak dalam konteks kegiatan ini. Mereka membuat aku nyaman, walaupun aku merasa terbodohi dengan topeng monyet mereka. Setidaknya hal itu yang membuat aku nyaman.


**

NB: Semua penjelasan mengenai kurva normal di sini dengan kurva normal sebenarnya tidak ada kesesuaian. Jadi jangan mengambil kesimpulan mengenai penjelasan kurva normal yang sebenarnya dari penjelasan postingan ini.
NBB: Aku mengambil kurva normal ini karena bentuknya yang sesuai dengan perasaan aku, dengan cara membacanya dari kiri ke kanan, dimana pada hal sebenarnya, kurva normal tidak dibaca seperti itu.

1 komentar:

What do you think??