“If you feel lost, disappointed, hesitant, or weak, return to yourself, to who you are, here and now and when you get there, you will discover yourself, like a lotus flower in full bloom, even in a muddy pond, beautiful and strong.”
Masaru Emoto, Secret Life of Water

Senin, 30 Maret 2015

Menjelang 1/4 2015

Menjelang sudah berjalannya 1/4 dari 2015, aku ingin cerita dikit. Ceritanya udah basi sih, soal skripsi. Di saat orang lain udah pada kerja, dapet penghasilan yang tetap, mulai menabung untuk jenjang kehidupan selanjutnya, aku di sini masih berkutat dengan skripsi. Skripsiku lancar, alhamdlillah. Pembimbingku sangat suportif, selalu ngasih semangat, memberikan feedback positif. Hanya masalahnya ada di aku. Aku takut.

Entah kenapa aku sedang merasakan ketakutan yang entah apa. Mungkin lebih tepatnya cemas. Entah lah, antara cemas dan takut semuanya sedang bercampu di dalam diri aku. Rasanya aku pengen nge-freeze waktu biar ga berjalan. Biar stuck di-moment ini. Biar semuanya tidak berubah.

Rasanya aneh ketika aku selalu nyemangatin temen, bantuin skripsi orang, dan lainnya, tapi aku sendiri ga tau harus membantu diri aku dari mana. Sejauh ini, skripsi aku sudah sampai bab 5, tinggal revisi dikit di bab 4. Tapi, aku sebenernya gak tau apa yang aku tulis. Aku ngerasa gak punya apa-apa buat menghadapi seminar hasil. Rasanya pengen meledak, tapi belum bisa. Entah sampai kapan dipendam, mungkin sampai rambut bagian depan ini rontok semua (?)

Berbicara soal rambut, ya, rambut aku hari demi hari semakin menghilang, terutama bagian depan. Aku udah pasrah. Udah resiko orang "seperti aku" akan kehilangan rambut di bagian depan. Sedikit-demi sedikit aku mulai mencoba untuk menerima kalau mungkin nanti usia 30an aku bakal tidak memiliki rambut di bagian depan. Ya, mau gimana lagi, fuck genetics!

Wisuda bulan Mei sudah tidak terkejar, karena salah aku sendiri sih. Kapanpun wisudanya, udah gak peduli. Mungkin gak akan datang wisuda juga. Udah malu. Malu didatangin, di saat orang-orang akan wisuda untuk kedua kalinya, aku baru sekali. Tapi, paling datang ke wisudaan juga cuma formalitas buat nyenengin orang tua. Ya, gimana lagi.

Selasa, 20 Januari 2015

Recent Activities

Selamat taun baru 2015!!! Walaupun lebih 20 hari, harusnya euphoria-nya masih terasa. So, di 20 halaman pertama sudah ngapain aja? Olah raga teratur? Diet? Udah menghancurkan resolusi belum? Semoga saja belum ya, semoga resolusinya bisa terus dikerjain sampai...............semampunya.

Jadi, aku bakal ngomongin my recent activities: "Ngapain aja sih aku selama beberapa bulan ngilang dari dunia per-blog-an?" Walaupun aku percaya ga ada yang rindu aku nulis. Masalahnya, emang ada yang baca? Hahaha baik lah kita mulai, ya.

  1. Aku masih belum beranjak dari Skripsi dan aku sudah merasa terbuka ketika orang-orang menanyakan Skripsiku. So, feel free to ask me "Sampe mana Skripsinya?", aku akan mencoba untuk tidak mengelak dari pertanyaan ini. Progressnya sejauh ini adalah aku udah sampai tahap TO (yang keempat kalinya: dua sama dosen yang lama (kalau mau diitung) dan sekali kemarin). Aku melakukan TO lagi karena di alat ukurku ada satu indikator yang itemnya terbabat habis dan harus dibuang, padahal itu adalah indikator yang cukup menggambarkan dimensinya. So, I try to make some new items. Tolong doakan saya untuk tidak bayaran lagi, which means akhir bulan ini (10 hari lagi) harus seminar hasil (tiba-tiba ada lagunya Shontelle yang Impossible). Ya, sekarang sih yang penting beres secepatnya deh, ga ngejar apapun. Gak dikejar nikah juga karena masih jomblo (ini kabar penting banget, siapa tau ada jomblo juga yang mau sama aku). Kalau lewat dan harus bayaran lagi, ya terpaksa bayar dengan uang sendiri lagi karena udah ga enak minta uang semesteran ke orang tua. Walaupun penghasilan di biro ga seberapa, ya lumayan lah kerja keras selama ini bisa membayar uang semesteran (sebenernya dalam hati nangis, tapi gimana lagi?)
  2. Aku sedang berfokus untuk menulis di blog sebelah, karena aku rasa ketika aku ingin menulis di blog ini rasanya gak tau mau nulis apa. Rasanya aneh kalau aku harus menguak hidup aku sendiri (dimana kalau artis kehidupannya dikuak sama infotainment). Btw, kalau mau berkunjung, bisa langsung ke http://listenbag.blogspot.com. Sedikit cerita, blog ini sebenarnya sudah cukup lama dibuat dan tentu saja namanya sudah berganti, mungkin sekitar ratusan kali. Hingga akhirnya aku mau menetapkan hati namanya fix menjadi Listenbag. Naon sih? Filosofi dari namanya sih berasal dari aku yang seneng dengerin musik. Jadi aku kepikiran setip minggunya (mungkin) minimal ngepost satu single, mini album, atau album yang emang aku lagi suka saat itu. Jadi diandaikan kalau aku adalah sebuah kantung. Ketika orang-orang ingin mendengarkan sesuatu atau sedang butuh referensi, mereka bisa ambil di 'kantung' punyaku.
  3. Aku sedang bosan belajar bahasa Korea. Mungkin karena tidak ada temen sih. Aku lagi berhenti di Homey karena aku gak naik (baca: ga lulus pas UAS), sehingga aku berpikir buat skip dulu dan fokus ke Skripsi. Anehnya, sekarang aku lagi kembali ngapalin Hiragana sama Katakana. Rasanya kaya keledai yang selalu jatuh di lubang yang sama, namun lubangnya semakin lebar. -_-
  4. Aku lagi mencoba nabung buat beli kamera DSLR dan batre handycam. Aku pengen bikin sesuatu biar akun Youtube aku gak nganggur. Dari web series yang gak pernah jadi sampai instagram kuliner (biar mainstream dan pasti jadi wacana) semuanya ada di otak. Tapi, keinginan untuk beli kamera sama batre sangat besar. Tapi, kalau bayaran lagi, ya sudah. Mau gimana lagi. Itung-itung nyumbang ke fakultas, kalau kata Bu Indun (HIKZ KZL)
Jadi, seperti itu lah my recent activity. Jangan lupa buat mampir ke Listenbag dan doakan Skripsinya segera beres. Dosen pembimbing udah acc kalau setelah TO oke, langsung ambil data gak perlu ketemu lagi. Cukup kabari via SMS dan nanti bertemu kalau udah selesai menuliskan hasil. Jadi nanti bimbingan kalau akan membuat pembahasan. TEGHANK!!! :((

Minggu, 23 November 2014

Beberapa Bulan Kemudian

Halo.

Akhirnya aku kembali setelah beberapa bulan tidak mem-publish sesuatu. I've been busy with my life (finally!).

Beberapa bulan terakhir tidak banyak yang terjadi, bahkan semuanya terjadi dengan sangat cepat. Tahu-tahu sudah hampir akhir tahun saja. Yang jelas, aku masih berkutat dengan skripsi, yang pada akhirnya aku merasa kalau aku salah pilih bahasan. Salah pilih mayoring bahasan, dan teori. Rasanya cape dan entah bagaimana mendeskripsikannya, namun rasanya tidak se-membara 3 semester awal. Dosen pembimbing baruku tidak bermasalah seperti dosen pembimbingku terdahulu. Dia super baik dan suportif, dan yang jelas selalu ngabarin kapan bisa untuk bimbingan. Jadi, aku tidak perlu lagi menunggu dari pagi hingga sore di gedung 3 hanya untuk menanyakan kapan bimbingan. Ya, semoga saja bulan depan bisa beres ya, biar ga usah bayaran lagi.

Beberapa bulan terakhir, aku mulai menyadari kalau sebenarnya aku tidak menyukai menulis, terutama untuk tulisan terstruktur. Selama ini, aku memaksakan diri untuk menulis, dengan kedok sebagai bahan katasis. Namun, sebenarnya bukan seperti itu hal yang sesuai untuk aku meluapkan emosi. Hal ini menjadi semakin jelas ketika aku berniat untuk meneruskan cerita Prima di blog sebelah dan membaca tulisanku sebelumnya. Entah bagaimana aku merasa kalau aku menghancurkan seluruh karakter Prima di tulisan-tulisanku sebelumnya. Jadi, untuk saat ini aku akan membiarkan Prima seperti itu, ditambah dengan teman-teman yang masih sibuk dengan kegiatannya. Mungkin suatu saat Prima akan aku bentuk lagi dari awal, ketika semua sedikit demi sedikit mulai berkurang.

Ya, mungkin  hanya itu yang bisa aku ceritakan mengenai beberapa bulan terakhirku. Have a nice day!

Selasa, 05 Agustus 2014

Online Shopping

Sebagai anak yang bisa dibilang melek sama teknologi (eciyeeeee) aku adalah satu yang ga suka banget sama yang namanya online shopping. Aku pikir, online shopping itu chancenya 50:50. 50% asli, 50% penipuan. Jadi, aku pun selalu enggan membeli secara online, apalagi harus masukin nomor kartu kredit yang ada di dompet (yang ga boleh dipake untuk apapun, jadi buat apa ngasih kartu kredit?). Aku lebih prefer buat jalan ke mall, muter-muter sampe kaki pegel, tapi barangnya udah ada nyata di tangan.

Namun, manusia itu dinamis, perilakunya. Beberapa minggu terakhir, aku lagi keranjingan buat belanja online, dan sialnya kebetulan semua honor gawean selama tiga bulan terakhir meluncur dengan mulus ke rekening yang selama ini gak pernah nembus angka jutaan, bahkan kadang isinya cuma 70ribu di akhir bulan.

Semua ini berawal dari beli sticker di LINE. Awalnya penasaran sih gimana caranya beli sticker di LINE. Pas iseng-iseng coba beli koin, ternyata harus masukin nomor kartu kredit. Tanpa ijin dari pemilik sumber dana kartu kredit, akupun mencoba untuk diam-diam beli koin yang seharga 80ribu kalau dirupiahkan. Berhasil. Kemudian secara impulsif aku langsung membeli 5 buah sticker random yang aku rasa macho dan lucu. Slogan manusia tidak pernah puas memang benar adanya. Akhirnya aku memebeli sekali lagi pake koin di LINE dengan harga yang sama. Berhasil. Gak ada protes apa-apa dari pemilik sumber dana. Tapi, semuanya salah. Beberapa waktu kemudian.

"Ini dipake buat apa 80ribu?"

"Errr, itu, buat biaya bulanan messenger" (jleb, bohong)

Gak ada respon, yang aku pikir oke lah.

Selanjutnya aku waktu itu melihat promosi jam, karena kebetulan jam yang dibeli di Thailand (dan dunia harus tau) udah rusak dan gak berbentuk, akhirnya aku deg-degan nyobain beli online. Aku klik linknya. Cari modelnya. Kemudian keluar jumlah tagihan dan nomor rekening. Dengan ragu aku pun buka online banking dan transfer sesuai dengan nominal yang tertera. Setelah transfer, tulisan 'sedang proses verifikasi' tidak berubah selama 2 hari berikutnya. Makin deg-degan. Apakah aku kena tipu? Duit gue???? Tapi ajaibnya barang tersebut sampai ke rumah dengan keadaan mulus tapi tulisan di webnya masih sama, sedang proses verifikasi.

Setelah keberhasilan membeli barang pertama secara online, akhirnya akupun memebli barang-barang kaya sepatu, baju, tas, celana, secara impulsif. Karena kemudahan akses online banking dari bank yang aku titipkan uang honor, membuat aku semakin impulsif untuk menghabiskan uang tersebut.

Semoga saja hal ini gak jadi keterusan ya. Aku mau tobat, udahan aja. Seseorang, tolong hentikan saya :'( 

Senin, 28 Juli 2014

Stranger and Freak-Show

Berdasarkan KBBI online (http://kbbi.web.id) Afeksi adalah (afek·si /aféksi/) n Psi 1 rasa kasih sayang; 2 perasaan dan emosi yg lunak
taken from thinksquad.tumblr.com

**

Lama hilang dari dunia per-blog-an dan kembali dengan tulisan afeksi. Ya, aku sedang butuh afeksi. Kalimat ini tidak diikuti atau diawali dengan kata mungkin. Sehingga kebutuhan afeksi ini menjadi harus didapatkan. Kenapa?

Beberapa hari terakhir, masih dengan masalah dan pertanyaan yang sering berputar di kepala, tiap hari, tiap jam, tiap detik, "Kapan lulus?". It such a meaningless question while I really wanted to graduate but no one, or nothing, could help me, but my fucking supervisor. I blame him for the half (or maybe seven eight) of it, let me talk the other half. Padahal sebenarnya lulus itu bukan perkara yang sulit. Aku merasa aku bisa menyelesaikannya sesuai dengan yang aku targetkan. But, the nature speaks by itself that I don't have enough power to control my future. I was (and am) too weak. Hal ini membuat aku gila. I almost cut myself, it's a true story. But, I refuse. I thought it's a stupid action and I'm not as fragile as some random teenagers anymore. Ketika hal itu akan terjadi, aku berpikir, kenapa aku seperti ini? Memangnya cut myself adalah jalan satu-satunya? Kenapa gak cerita ke orang lain kalau kamu punya masalah, Rang.....

Cerita ke orang

Then, it hit me. Aku belum pernah melakukan hal itu. Yes, I did, but not in this case, regularly. Beberapa kali, atau mungkin sering, aku cerita tentang masalahku ini, tapi hanya satu arah. Ya, satu arah. Aku banyak mengeluarkan sampai, yang aku pikir, kalau lawan bicara aku pun takut atau kebingungan harus membagaimanakan aku. Aku sadar kalau selama ini aku hanya bercerita dengan rasa kesal, seakan-akan udah gak punya kepercayaan diri lagi, dan merasa sudah menghabiskan 1,5 tahun secara sia-sia. Bukankah hal tersebut layak untuk disesali?